KatjaPrisma #9

HARI PALING BAHAGIA SEDUNIA

Degup itu selalu ada pada diri Katja, entah kapan pertama kali jantungnya bisa merasakan perbedaannya. Degup itu sekian lama diam, tapi detaknya kembali saat Prisma pertama kali menghubunginya lagi. Katja benar-benar harus menyentuh dadanya lembut seraya berkata, Tenang, Ca... tenang.

Katja dan Prisma tidak pernah sedekat ini, merasakan napas masing-masing yang tenang namun terkadang terasa berhenti sejenak. Katja bahkan takut degupnya terdengar sampai ke telinga Prisma.

Prisma bisa lihat, lipstik Katja belum sepenuhnya hilang, masih ada segurat tipis pada bibir bawahnya. Katja dapat melihat bulu-bulu tipis pada rahang Prisma.
Prisma membelai lembut rambut Katja, menyelipkannya di belakang telinga, ingin melihat temannya sedari kecil itu lebih nyata. Prisma tertegun, tak tahu pasti kata apa yang mesti keluar dari mulutnya,

"Ca...", hanya itu, akhirnya.

Mata Katja menyiratkan sebuh hirauan seolah berkata 'ya' meski mulutnya tidak berkata.

"Mau ngomong sesuatu, Ca?"

Katja menghembuskan napasnya yang tertahan entah berapa lama. Pertanyaan Prsma hanya Katja balas dengan senyuman, "Lo kayaknya yang mau ngomong, Pri."

Lalu, Prisma semakin mendekatkan tubuhnya, meringkukkan badan pada Katja, mencari perlindungan.  Katja merasakan deru napas Prisma yang tidak teratur. Prisma memegang bahu Katja begitu erat nyaris seperti cengkraman, tertunduk, tubuhnya gemetar. Saat itulah pertahanan Prisma runtuh. Bisa Katja rasakan basah di kaus bajunya yang semula serintik perlahan makin deras.

"Ada apa, Pri?", Katja merasakan kecemasan Prisma, "Kamu kenapa?"
Prisma membalikkan badan, menjatuhkan dirinya lunglai ke bawah pada tepi kasur. Katja duduk di sebelahnya, menunggu. Katja genggam erat tangan Prisma untuk menguatkan.

"I've made a big mistake, Ca. Disaster", Prisma menautkan jari jemarinya lemah pada genggaman Katja.
"I'm all ears, Pri"
"Aku takut nggak bisa jadi Ayah yang baik. Buat anakku", dan genggaman Katja pun melemah perlahan, terlepas satu per satu.

*
Katja masih ingat rasanya saat itu. Senyumnya tak henti-hentinya terukir seperti ada kembang api memercik keluar dada, bahkan matanya berkaca. Seorang Katja berkaca-kaca.

Hari itu dering telepon mempertemukan Katja dengan sahabatnya yang sudah lama tidak berkontak melalui pesan singkat yang hanya bisa berbalas kalau sama-sama punya pulsa. Hari itu, telinganya mendengar lagi suara sahabatnya itu.

"Katja", kata Mama menatap Katja yang keluar dari kamar mandi. Raut mukanya bertanya, siapa, pada mamanya yang menyodorkan gagang telepon.

Nama itu. Nama itu yang membuat percikan kembang api berdesir.

"Pri...!", pekiknya meraih gagang telepon.
"Ca...! Halo Katja!", balas suara di seberang sama antusiasnya. Sama berdesirnya. Sama rindunya.

Katja dan Prisma, hari itu melepas kangen lewat suara. Bertukar kabar dan cerita masa awal kelas menengah atas di sekolah berbeda, di kota berbeda pula yang membuat mereka terpisah lama.

Hari paling bahagia bagi keduanya.

S E L E S A I

rentang 18 Mei 2019, 1 Juni 2019, 20 Juli 2019
12.37, 14.56, 17.21
Kineruku dan rumah.
terima kasih, aku senang sekali menyelesaikan KatjaPrisma ini :')

Link part sebelumnya:

catatan: bagian-bagian ini tidak mengurut, mungkin kamu sendiri punya versi urutannya bagaimana, maaf masih ada salah-salah ketik dan memang perlu perbaikan di banyak bagian. Sekali lagi, terima kasih sudah jadi bagian KatjaPrisma dari 2014.

Comments

Furusawa Hana said…
Loh si Prisma nya kenapa? #netizengemes