KatjaPrisma #3

KATJA DAN PRISMA DI SEBUAH PASAR MALAM (bagian 1)

Prisma membawa Katja berkeliling Jakarta.ja
"Gue dicariin Mama, lo tanggung jawab lho, ya!"
"Tenang Tante... Katja ada di tangan Prisma yang amat bisa dipercaya!"

Katja memutar bola matanya dan mengulum senyum tak percaya.

"Eh...! lewatin rel kereta itu dong, Pri!", tetiba Katja meminta Prisma membelokkan mobilnya menyeberangi rel kereta, menyusuri jalanan yang sangat familiar bagi Katja sewaktu kecil.

"Ngapain? Ini tuh daerah paling nggak banget seantero Jakarta tahu, nggak? Mau ke Pasar Induk Beras lo, Ca?"
"Kalo nggak ada pasar itu, susah juga dong fine dining restaurant lo itu... Iya, nggak?"

Prisma hanya terdiam dan menuruti kemauan Katja. Bayangan rute jalan dalam pikiran Katja merasakan kembali sensasi melewati jalanan setelah rel kereta itu. Mobil harus memutari suatu lingkaran berumput sesuai rambu lalu lintas yang tertancap di tengahnya. sisi-sisi jalan dipenuhi bak-bak sampah. Kini, mereka menghadapi jalanan gelap yang lurus. Pada sisi kiri terbentang sebuah pasar induk, sedangkan di kanannya sudah mulai terlihat rumah-rumah penduduk, warung-warung kecil, dan sekarang menyempil minimarket yang telah menjamur di mana-mana. Sisi kiri dan kanan itu dipisahkan oleh pepohonan yang berderet mengikuti panjangnya jalan.

Ada yang berbeda pada malam yang gelap itu. Pada suatu titik, Katja dan Prisma bisa meihat cahaya lompu sorot menarik perhatian orang-orang saat itu, kebanyakan anak-anak. Bersama teman-temannya, ataupun ditemani orang tua mereka, ada pula sepasang muda-mudi, atau bahkan lansia. Sayup-sayup dari dalam mobil bisa terdengar pula alunan musik dangdut.

"Mau goyang lo ya, Pri?", goda Katja.
"Please...", tanggap Prisma malas.


Gerbang masuk pasar induk telah terpasang sebuah papan bertuliskan BIMASAKTI ENTERPRISE dengan gambar bintang jatuh melatarbelakangi tulisan itu. Tidak salah lagi, sebuah rombongan pasar malam telah mampir di kawasan pasar ini.

"Waaah... Pri! Pri! Turun, yuk! Main!", Katja menepuk-nepuk lengan Prisma dengan sangat bersemangat.

"Ah Caaaa...! Males ah! Lihat tuh, banyak anak kecil gitu! Terus lo lihat deh, itu permainannya, nggak safe banget, digerakin pake mesin diesel gitu, kalo celaka gimana coba?"

"Justru di situ sisi menantangnya, Pri! Lagian namanya aja pasar malam, Alternatif hiburan murah meriah buat semua rakyat! Ayo dong, Pri! Buatlah bahagia anak kecil yang bersemayam dalam diri lo!"

Dengan enggan, Prisma menuruti keinginan Katja sekali lagi.
***

Katja dan Prisma berkeliling melihat pasar malam itu, menyatu dengan kerumunan orang berlalu lalang. Ada para penjual menjajakan dagangannya, mulai dari makanan, seperti kerak telor, martabak manis, tahu bulat, gulali, arum manis, sosis, berondong bakar, hingga mie bakso. Ada pula yang berjualan pakaian, sepatu, mainan anak-anak, lampu, perkakas rumah tangga, dan entah apa lagi. Wahana permainan hanya empat yang utama, yaitu Bianglala, Sepur Kelinci, Kora-Kora, dan Ombak Banyu. Kemudian, di dekat loket tiket, ada sebuah kolam kecil di mana anak-anak dapat memancing demi mendapatkan ikan hias yang mereka dambakan.

#bersambung

7 November 2014
17.05
di ruang TV dan kamar

KatjaPrisma#1
KatjaPrisma#2

Comments