KatjaPrisma #6

BERTEMU DI SATU TITIK


Pernahkah saat berada di suatu lapangan, sejenak kamu dongakkan kepalamu menatap langit biru, bersih... hanya ada sedikit awan tipis menutupinya. Lalu, kamu lihat di satu titik, masih ada bulan yang belum benar-benar pergi dari semalam. Kemudian, kamu berjalan mengelilingi lapang itu. Ada saat kamu mendekat pada bulan, kemudian jauh, dan semakin jauh. Tetapi, pada satu waktu kamu bisa melihat bulan itu pada jarak yang dekat lagi, dan seperti sebelumnya... kamu menjauh dan makin jauh dari bulan tersebut.

Coba kamu berhenti sebentar dan lihat lagi langit itu, bergerak dari kiri ke kanan, perlahan. Bisa kamu resapi bulatnya bumi? Sejauh apa pun kamu berjalan pada akhirnya akan berada pada satu titik yang itu itu lagi. 

Begitulah cara kerja bundarnya bumi yang pada satu titik tertentu mempertemukan kembali Katja dan Prisma.
***

Katja : Gue sudah masuk Jakarta

Prisma: Yup, gue udah stand-by di Senopati

Katja: deg-degan gueee

Prisma: Sama.
***

Entah sudah berapa kali Katja menyeruput teh di hadapannya, berdeham melegakan tenggorokan yang sama sekali tidak dipenuhi lendir, Katja sehat. Sehat sekali hari itu.
Pun demikian dengan Prisma, memutar-mutar cangkir kopi, berganti memutar ponsel, yang tidak tahu sudah menghasilkan berapa putaran. Sesekali diselingi batuk. Batuk dari mana? Prisma sehat-sehat. Sehat sekali hari ini.

"Ehm... Gila kan. Awkward banget kita, Pri! Geli, gue!"

"Iya nih, sorry kalau garing ya, Ca"

"Lo udah lima kali ngomong sorry hari ini, Pri"

Prisma terbatuk, hendak meneguk kopinya yang sudah habis sedari tadi.





"Hmmm... Lo tahu nggak, Pri? Gue bikin rumah 'banjir' tiga hari yang lalu, Mama sampai mencak-mencak"

"Ha? Banjir?? Gimana ceritanya?"

"Gara-gara lo juga sih... Itu kejadiannya pas kita Skype-an, nyambi gue main Candy Crush plus dengerin lagu, gue isi bak kamar mandi yang emang baru dikuras sama Mama. Kebiasaan Mama kalau kuras bak, nggak pernah diisi sampai penuh lagi. Berapa lama kita chatting, Pri? Dari di luar masih terang sampai sudah gelap. Gue baru keluar kamar pas Mama pulang dari luar dan pas keluar kamar... kok lantai basah? ......."

Dari cerita Katja itulah, banjirnya air dari bak ikut menghapus kecanggungan pertemuan keduanya. Katja tidak lagi berdeham-deham. Kalaupun iya, hanya untuk mengerem kecepatan bicaranya. Prisma sudah sadar bahwa kopinya telah habis, jadi ia pesan satu lagi. Prisma juga tidak terbatuk-batuk, kalaupun iya, itu hasil dari tawanya yang terlalu bersemangat.
***

"Jadi malam-malam gitu, lo angkut-angkut barang rumah yang kebasahan?"

"Iya! Mama cuman nontonin sambil melotot"

"Hahaha... Ya iya emang lo pengennya nyokap ngapain?"

"Bantuinlah...  Coba kalau setiap habis nguras bak, Mama nggak biarin kosong, nggak ada peristiwa banjir rumah itu, hahaha! Hah... tapi untung marahnya nggak lama, jadi diizinin deh gue ke sini ketemu lo, Harusnya juga lo yang bantuin gue beres-beres waktu itu, Pri! Gegara lo jadi lupa waktu!"

"Yeee... nyalahin orang, lo aja yang gampang lupa. Jalan ke kamar mandi buat matiin keran berapa lama sih, Ca?"

Keduanya tertawa, saling tidak mau disalahkan. Lalu, momen hening kembali jadi jeda.



"Jadi... mau ke mana hari ini kita, Pri?"

Prisma menengok pada jam tangannya, "Gue harus balik dulu ke restoran, ada stasiun TV masa kini itu yang mau liput Epicurean. Sekalian kita makan siang di sana yuk, gue yang traktir, biar lo rasakan sensasinya menikmati fine dining."

"Gile... Humas masa kini banget juga ya lo berarti!"

Katja dan Prisma beranjak, memulai hari untuk dihabiskan bersama. 



30 Januari 2015
16.40-17.18
di kamar

KatjaPrisma#1
KatjaPrisma#2
KatjaPrisma#3
KatjaPrisma#4
KatjaPrisma#5

Comments

sakurasasaki said…
you did not tell me this...

i hate you and love you...

muaccchhh