KatjaPrisma #5

KATJA DAN PRISMA DI SEBUAH PASAR MALAM (bagian terakhir)

Semakin sedikit para pengunjung yang menaiki sesi pertama Ombak Banyu yang tersisa di wahana tersebut. Mungkin ada yang berencana menaikinya lagi sehingga tinggal menunggu saja, ada pula yang masih mengembalikan mual menjadi seimbang seperti sedia kala, salah duanya adalah Katja dan Prisma.

Prisma nampak menunduk, kedua tangannya memegangi perut, sesekali bersendawa, mengeluarkan angin yang bersarang di tubuh. Katja menepuk-nepuk punggung Prisma.
"Sehat, Pri?"
"Mual dikit aja, Ca. Bentar, ya..."
".... atau mau digoyang lagi, Pri?", goda Katja.

Prisma menatap Katja tanpa bicara. Gila apa apa sih lo, Ca? Mungkin kata-kata itu yang ada di pikiran Prisma.

"Ha Ha Ha... bercanda kali, Pri... Gue juga mual, nggak sanggup... hahaha"

Hening kembali menaungi keduanya. Katja merebahkan kepalanya pada pundak Prisma, menyunggingkan senyuman lebar.

"Apa lo senyum-senyum??", tanya Prisma.
"Kok tahu gue senyum, Pri?", Katja balik bertanya tanpa merubah posisinya.
"Kerasa tarikan pipi lo di bahu gue..."

Katja hanya tertawa kecil, tersenyum simpul, menyengir lebar, tertawa agak keras, hingga merasa geli sendiri.

"Apa sih, Ca?!", Prisma menegakkan badannya, menatap Katja, membuat Katja melepaskan rebahannya pada Prisma, "Hehehe... nggak apa, Pri... Makasih ya, sudah mau naik ini wahana. Aku senang sekali"
"Hasik... aku-kamu nih bahasanya...!"
"Apa sih, lo? Norak!", Katja menepuk lengan Prisma.
"Ketularan teman gue yang norak ini, gimana dong?", Prisma tersenyum sumringah, seakan lupa rasa mual yang melandanya, "Sama-sama, Ca... Gue juga senang... banget"

Katja dan Prisma saling melempar senyum.

"Lapar nggak, Pri? Jajan, yuk, mau...? Atau... nggak mau, ya? Nggak higienis? Ha ha ha...!"
"Ngejek, lo! Siapa takut?! Ayo aja!"

Prisma turun terlebih dahulu, membantu Katja turun kemudian, lalu keduanya berjalan mencari jajanan.
***

"Dari banyaknya makanan, kenapa juga harus arum manis, Ca? Kenyangnya di mana?"
"Pengennya escargot siiih... tapi nggak ada, gimana dong?", Katja melirik Prisma sekilas yang diikuti tawa keduanya, "Aneh rasanya kalau pergi ke tempat-tempat berwahana begini tanpa beli arum manis gede gini, iya nggak sih? Kayak udah jodoh aja gitu mereka".

Prisma sibuk melahap kerak telornya, sedangkan Katja sangat menikmati arum manis berwarna hijaunya sedikit demi sedikit. Prisma nampak lebih lapar dibandingkan Katja. Setelah kerak telor, Prisma membeli tahu bulat, lengkap dengan bumbu perisanya.

"Lama amat makan buntelan kapas gitu aja, Ca. Gue udah ronde dua, nih!"
"Bilang aja kalau kepengen, Pri...", dan tahu-tahu Prisma menyambar menyomot arum manis milik Katja, meninggalkan bekas lahapan besar., "Doyan, Bang?", goda Katja.
Prisma hanya sibuk melahap tahu bulatnya yang sudah semakin sedikit. Sampai Prisma selesai makan, Katja tak kunjung menyelesaikan arum manisnya.

Prisma tak lagi membeli jajanan, hanya meneman Katja duduk di sebelahnya, dan melihat sekitar. 


Lalu... Prisma menepuk-nepuk bahu Katja. Katja menoleh, mengangkat alis. Prisma menunjuk pada dua orang muda-mudi di kejauhan yang sedang duduk berdua di motor, berbincang, sesekali tertawa, sambil menonton orang-orang menaiki wahana. 
Katja tahu maksud Prisma. Kebiasaan mereka dulu saat masih kecil yang entah kapan terakhir kali mereka lakukan bersama, iseng men-dubbing percakapan orang yang dipikir menarik. 

mudi: 'Bang,,, lihat deh Bang, asik ya Bang naik Kora-Kora, diayun-ayun gitu, wuuu... wuuuu...'

Prisma memulai dengan membuat suaranya selembut wanita. Kebiasaan mereka belum berubah, mengisi suara orang secara silang.

muda: 'Iya, dek... lihat deh itu Bianglala juga, diputar-putar gitu. Di dalam bisa cipokan kita, dek.... kalo bisa naik'

Prisma menyomot arum manis Katja yang seakan-akan tiada habisnya itu.

mudi: 'Ah Abang! Tiap ngapelin adek cuman dibawa-bawa pake motor... keliling... nontonin orang, mana pernah naik wahana-wahana begini! Nontonin orang aja udah untung, paling banter Abang ngajak ke jembatan layang atau pinggir jalan tol yang kata Abang menikmati kaindahan kota berbalut langit berbintang. Bintangnya aja nggak ada-ada, Bang!'

muda: 'Maafin Abang ya, dek, baru bisa begitu aja. Lumayanlah naik motor keliling ngehabisin bensin setengahnya. BBM naik lagi, dek!'

mudi: 'Tapi Bang... masa sepuluh ribu buat berdua naik satu wahana aja nggak bisa?? Sakitnya tuh di sini, Bang!'
Prisma menirukan si mudi yang meletakkan tangannya di dada sebelah kiri.

"Ha ha ha... bisa pas gitu ya? Ha ha ha ha ha", potong Katja terbahak, sekuat tenaga berusaha tidak tersedak.
"Lanjut, Ca!", pinta Prisma yang juga tertawa dan tetap menyomot sedikit demi sedikit arum manis yang tersisa.

ehm ehm muda: 'Ok deh, dek... adek mau naik apa? Sendiri ya tapi, kalau berdua, Abang nggak kuat ongkosnya. Hmmmm... Naik Ombak Banyu, dek? digoyang? diGOYYYYANGGG???'

mudi: 'mau deh, Bang... Biar DIGOYYYYAAAANG!!'

Dialog Katja dan Prisma mengisi suara muda mudi itu sudah tidak sesuai dengan gerak-gerik yang disulihsuarakan, diakhiri dengan tawa sehabis menirukan cara awak wahana Ombak Banyu yang masih saja berkesan bagi keduanya.

Pada akhirnya, arum manis Katja habis sudah, menjadi camilan keduanya selama mengisi suara.

Tawa masih mengiringi keduanya. Katja sampai menahan pipinya yang kesakitan, masih mengunyah sisa-sisa terakhir arum manis sambil tertawa, nyeri itu rasanya. Lalu, keduanya mulai berdeham, mengambil napas panjang, mencoba tenang, dan dapat menguasai diri kembali.

Tiba-tiba...

"Ca...", Prisma berdiri, mengulurkan tangannya pada Katja.

Dahi Katja berkerut, tapi menyambut uluran tangan dari Prisma. Katja dan Prisma berdiri berhadapan, Prisma mengarahkan tangan Katja pada bahunya, sedangkan tangan Prisma melingkari pinggang Katja. Tangan lain keduanya saling bertaut. Keduanya berdansa di suatu pojok yang tidak terlalu banyak orang lalu lalang, diiringi musik dangdut. Bukan dangdut sebenarnya, melainkan lagu barat yang di-remix ala-ala dangdut. Tidak cocok memang dengan dansa ala-ala Katja dan Prisma dimana sesekali Katja berputar dengan tangan Prisma sebagai porosnya. Kemudian Prisma merengkuh pinggang Katja kembali, berayun ke kanan... ke kiri... tertawa, tidak mengacuhkan orang-orang yang keheranan atau menyoraki. 

Seakan Katja dan Prisma ada di tempat yang sepi. 
Seakan hanya ada mereka berdua. 
Seakan-akan bukan lagu remix ala dangdut yang melatari.

Katja dan Prisma berdansa seperti diiringi lagu Stars Fell on Alabama. Terjebak dalam situasi yang amat... membahagiakan.



3 Desember 2014
13.10 - 16.46
 di kamar-ruang TV


Potongan cerita KatjaPrisma di pasar malam ini nggak mungkin ada tanpa sumber artikel di sini dan lagu cover di atas kiriman Rafina Sita Nesia, yang mencetuskan inspirasi, aih~

Comments

Unknown said…
Asik alabama disebut 😗