KatjaPrisma #4

KATJA DAN PRISMA DI SEBUAH PASAR MALAM (bagian 2)

Katja dan Prisma berbaur dengan kerumunan orang lain di sekitar wahana Bianglala. Si petugas permainan itu menjalankan permainan tersebut, berputar-putar, sambil menawarkan orang-orang untuk menaiki wahana tersebut. Katja memandangi Bianglala, matanya berbinar. Ingin sekali menaiki wahana itu. Namun, saat melihat... apa ya namanya? Kotak? Sangkar? Ya itulah... sebuah sangkar yang berfungsi mengangkut para pengunjung berputar di Bianglala, Katja menjadi ragu.

"Pengen naik... tapi takut juga sih. Lo mau nggak, Pri?"
"Lo aja kali, Ca! Gue sih ogah, nggak safe banget sumpah!"
"Iya... Iya... Master safety freak! Ntar kalau kita naik, sampai atas situ tuh... JEDAAR! Jatuh deh kita berdua, hahaha!", Katja terbahak-bahak memukul lengan Prisma dengan keras.

Prisma hanya mengelus lengannya yang kesakitan sambil menatap keheranan pada Katja.

Lalu, mereka melihat Sepur Kelinci yang sudah dipenuhi antrean anak-anak kecil dengan didampingi orang tua masng-masing.
"Pri! Naik Pri! Hahaha!"
"Lo kok jadi norak gini sih, Ca?"
"Ya kali muat juga, Pri! Tempatnya seuprit gitu..."

Kemudian, Katja berdiri di depan wahana Kora-Kora. Katja tersenyum sumringah, lebar sekali, menepuk-nepuk bahu Prisma, lalu menunjuk ke arah wahana itu berada, dan memeragakan ayunan ke kanan kiri dengan kedua tangannya, dan menganggukkan kepala tanda mengajak Prisma.
"Na... ah...", hanya itu jawaban Prisma sambil menggeleng-geleng kepala.
"Na-ah?", tanya Katja mencoba merubah keputusan Prisma.
"NA... AH!", geleng Prisma mantap.

Katja mengangkat bahu dan melambaikan tangan pada Prisma, meninggalkannya sebentar ke loket tiket.
Saat tiket untuk menaiki wahana permainan telah di tangan Katja, ia lambai-lambaikan di depan Prisma, dan menukarkan tiket pada penjaga wahana permainan. Kemudian, Katja menaiki Kora-Kora, sengaja memilih duduk di bagian belakang. Prisma hanya tercenung melihat wahana yang seakan rentan dan berpikir bahwa setiap engsel dari permainan itu bisa lepas kapan pun.

Tak lama setelah itu, Kora-Kora mulai dijalankan. Mula-mula dengan ayunan pelan, membawa Katja ke depan dan ke belakang, mengingatkannya akan masa TK saat bermain ayunan. Katja membentangkan tangan, menikmati setiap desir angin yang memasuki sela-sela jarinya, menerpa kulit wajahnya, tersenyumlah Katja, melambaikan tangan pada Prisma yang menyaksikan bersama orang-orang lain.

"Berasa model banget, Ca...", ejek Prisma yang hanya bisa didengarnya sendiri.

Kemudian, ayunan mulai terasa kencang, deru nafas Katja mulai terasa perlahan, ada momen beberapa detik bahkan Katja merasa nafasnya terhenti. Jantungnya serasa turun ke kaki, lalu naik lagi saat ayunan mengarah ke belakang, kemudian terjun bebas lagi saat mengayun ke depan. Mata Katja terpejam kuat, Katja tidak lagi mengenali teriakannya yang menyatu dengan anak-anak dan muda-mudi yang menaiki permainan itu.

Nafas Katja mulai teratur lagi saat ayunan Kora-Kora memelan dan pada berhenti sama sekali. Muka Katja terasa panas, daerah matanya terasa agak basah, dan hidung Katja tetiba meler.

"Udah puas, Ca?", tanya Prisma.

Katja terdiam beberapa saat, mengusap ingus yang tiba-tiba muncul dan mengusap pula air matanya. Lalu, Katja tersenyum simpul, makin lama, makin lebar, dan tertawa puas.
"Hahahahahahahahaha...!! Belum, Pri!", Katja melihat ke arah wahana Ombak Banyu yang ada di seberang Kora-Kora, "Naik itu yuk, Pri!"

Sebelum Prisma bisa menjawab, Katja sudah berlari membeli dua tiket ke loket untuknya dan Prisma.
"Ca! Gue nggak mau lho ya, Ca!"
"Ah... udah deh, Pri! Turunin gengsi lo! Image lo sebagai PR restoran mahal nggak berlaku di sini! Lo teman main gue di sini, jadi main sama gue! Gue traktir nih, Ayo!", tanpa basa-basi lagi Katja menarik dan setengah menyeret tubuh Prisma menuju wahana Ombak.

"Ayo Mbake Mase, sebentar lagi bakal digoyang sama Ombak! Sebentar lagi digoyyyaaang! Ayo Bapake, Ibuke, Kakake, Adeke... Wahana Ombak sebentar lagi menggulung Anda-Anda semua! Segera ke loket tiket! Lima ribu saja, yak! Lima ribu saja!"

Tiket telah ditukarkan pada penjaga tiket. Katja menaiki wahana dengan bantuan awak wahana menggunakan tangga kecil berwarna merah. Katja hendak terjatuh dari tempat duduk, namun beruntung ada Prisma dan mas-mas wahana yang sigap mencegahnya, Katja meyambutnya dengan tertawa.
"Sumpah Ca... Lo kenapa sih? Aneh banget malam ini"
"Cuman jadi anak kecil lagi, apanya yang aneh sih! Cie... Prisma... mau juga akhirnya naik Ombak!"
"Pemaksaan ini namanya!"
"Muka lo tuh, Pri... warna-warni!", ejek Katja akan wajah Prisma yang beraneka warna akibat pantulan kerlip lampu.
"Muka lo juga, Caaa!', dan keduanya tertawa.

Tak butuh berapa lama menunggu hingga wahana permainan dijalankan para pemuda-pemuda awaknya. Dendang lagu dangdut remix memeriahkan kerlap-kerlip lampu yang mulai membuat pening sekaligus mendebarkan hati.

"Siap DIGOYYYYAAAANG, mbake mase ibuke bapake kakake adeke, SIAAAP?"
"SIAAAAP!"
"Siaaaaap, nggak? Mana SUARANE?"
"SIAAAAAAP!!"

"Santai kenapa, Mas?! Rusuh amat!", protes Prisma.
"SIAAAAP!", teriak Katja rusuh tepat di telinga Prisma.

dan kemudian, para pemuda awak Ombak mulai memutar permainan. Alunan dangdut remix semakin memekakan telinga, kerlip biru merah kuning hijau semakin liar berkedip-kedip. Genggaman Katja dan Prisma semakin erat pada bagian belakang tempat duduk

"LAGI, NGGAK? LEBIH KENCANG LAGI??"
"LAGI... LAGI...!!", teriak para pengunjung yang menaiki wahana, termasuk Katja, dan... yang mengejutkan Prisma pun berteriak ketagihan.

"LAGI LAGIII??!"
"GOYYYAAAANG, MAS!", terdengar oleh Katja teriakan Prisma itu.

"Woh! Rusuh Mas, rusuh?? Hahahahaha", Katja menertawai kelakuan Prisma yang telah meruntuhkan gengsi yang setinggi langit.

"WOOOOO...!", teriak keduanya.

Sekali lagi Ombak diputar-putar, ke atas, ke bawah, mulai membuat Katja, maupun Prisma pusing dan... mual.




Lalu, putaran mulai melambat, pemuda awak menaiki lingkaran agar semakin memelankan putaran.

"Yak! Mulai Pusing bapake, ibuke, mase, mbake, kakake, adeke?? Yak! Satu putaran sudah selesai, hati-hati turunnya. Ayo beli tiket lagi untuk kemudian kami goyyyaaaang di wahana Ombak Banyu. Ayo... Ayo dibeli tiketnya! Lima ribu saja satu kali naik wahana! Yak, lima ribu saja!"

Katja dan Prisma sengaja tidak terburu turun, menikmati putaran yang semakin melambat, menikmati kepusingan yang ada, mencoba mengembalikan kesadaran secara konstan, menikmati waktu yang tersisa, dengan mual-mual... berdua.

#bersambung

8 November 2014
16.00
di ruang tamu

KatjaPrisma#1
KatjaPrisma#2
KatjaPrisma#3


Comments