KatjaPrisma #8

DUNIA KATJA


Jadi kita ke mana nih, Pri?
Ada, satu tempat buku indie gitu, Ca... rekomendasi teman gue, nyaman banget buat lama-lama katanya. Suka rutin ada malam puisi gitulah di sana, nonton film atau bedah buku, gitu.”

Katja pasrah dibawa oleh Prisma ke daerah Jakarta yang tidak diketahuinya, melalui beberapa jalan potong yang syukurnya pas memuat mobil Prisma sampai mereka tiba pada sebuah gang di seberang sebuah SMK swasta.

Kita parkir sini saja, ya. Buat ke tempatnya mesti masuk gang tadi”, kata Prisma.
Lo kok hafal, Pri?
Survei dulu lah sebelum nganter anak orang.”

Katja dan Prisma memasuki sebuah gang, berbelok ke sebelah kiri, melewati beberapa toko dan kedai teh, kemudian di sanalah sebuah tangga akan mengantarkan pengunjung pada sebuah toko buku.
Anak-anak tangga dirancang menyerupai punggung buku, “Ini dia, Ca!”. Prisma sudah ada di depan pintu, tak sadar bahwa Katja masih naik perlahan pada satu anak tangga ke lainnya, membaca judul buku yang diantaranya familiar untuknya.

The Curious Incident of the Dog in the Night-Time │ Mark Haddon
Eat Pray Love │ Elizabeth Gilbert
Moby Dick │ Herman Melville
Five on a Treasure Island │ Enyd Blyton
Charlie and the Chocolate Factory │ Roald Dahl

Sampailah Katja di depan tempat buku ini, Kelana, pada sebuah plang bundar dikelilingi cahaya lampu-lampu kecil serupa kunang-kunang. Katja menyunggingkan senyum dengan mata berbinar. Saat itu juga, Prisma tahu ia tidak salah mengajak Katja ke sana.
*

Katja dan Prisma disambut oleh mbak-mbak beramput pendek keriting yang tersenyum ramah,
Halo!”, sapanya.
Halo...”, jawab Katja dan Prisma kompak dengan sama canggungnya.
Baru pertama kali ke Kelana?”, tanya mbak keriting.
Saya nganterin dia, Mbak,” kata Prisma sambil sedikit mendorong Katja yang malu-malu, “Teman saya ini yang suka baca”.
Duh... baik sekali masnya mau nganterin,” goda si mbak keriting, “Ok, untuk tas sama alas kaki disimpan di loker, ya. Kalau untuk sepatu atau sandalnya bisa di rak pojok sana. Ada beberapa rules, silakan dibaca dulu di depan lorong situ. Baiklah, enjoy your evening!”, antar si mbak keriting.

Setelah menyimpan tas pada loker, Katja menyusul Prisma pada rak sepatu.
Cuci kaki dulu, Ca!”, Katja keheranan mendengar perintah Prisma.
Di samping rak sepatu, ada tempat kecil dengan keran yang pada temboknya tertulis sebuah anjuran: ‘Cucilah kakimu (kalau merasa bau)’.
Katja menepuk punggung Prisma, “Lo sana yang cuci kaki!

Pada lorong sebelum masuk ke ruang buku-buku, terdapat sebuah ilustrasi komik memuat asal mula terbentuknya Kelana yang berawal dari dua sahabat yang sama-sama hobi baca buku dan nonton. Dari ilustrasi singkat tersebut, tercerahkanlah bahwa mbak berambut pendek keriting tadi adalah salah satu pemilik Kelana, namanya Uci, Mbak Uci.

Di bawah ‘sejarah’ Kelana, ada papan berisi sejumlah rules saat membaca atau menyewa di Kelana:

  • Tas disimpan di loker, sepatu di rak (cuci kaki bila kamu khawatir bikin orang lain cepat-cepat ingin pergi).
  •  Pilih tempat baca yang paling nyaman buatmu, siapa cepat, dia dapat. Jangan berebut, kecuali rela mau berbagai. Saling menghargai, ya!
  • Buku dibagi dalam kategori masing-masing yang sudah ditulis pada rak. Kalau sudah selesai baca, dikembalikan pada rumahnya kembali, ya! Jika ingin lanjut sewa, silakan baca ketentuan & syarat berikutnya di meja depan.

Nikmati setiap waktumu dan selamat berkelana!
*

Katja dan Prisma memasuki lorong menuju ruang baca dengan pencahayaan lampu kuning yang hangat, berderet-deret buku terpampang, dibagi dalam nonfiksi dan fiksi berikut pecahannya masing-masing.
Di tengah-tengah ruang, karpet tergelar dengan beberapa bean bag untuk tempat selonjoran membaca. Pada pojok-pojok ruangan, ada juga meja dan kursi untuk tempat berdiskusi. Beberapa orang ada di sana, tak terlalu penuh, bisa mencari suatu sudut favorit dengan leluasa.

Ca...”, Prisma menunjuk suatu sofa lebar yang terpasang pada rak lebih tinggi, mirip-mirip tempat tidur tingkat, di belakangnya lemari-lemari berisi penuh buku.
Katja tersenyum amat lebar, memejamkan mata sebentar dan menghirup dalam-dalam,
Bau buku, Priiii!”, katanya syahdu.
Duduk di sana, mau?”, Prisma bertanya tentang sofa tingkat itu.
Mau... mau... Gue lihat-lihat buku, ya? Lo nggak ambil bacaan apa, gitu?”, tanya Katja.
Gampang... gue duduk dulu aja, nunggu lo.”

Katja berkelana pada bagian fiksi tentu saja, menyentuh deretan punggung-punggung buku, ia menelusuri bagian fantasi dan tangannya berhenti pada sebuah buku yang membuat Katja nyaris terpekik. Unnatural Creatures – Neil Gaiman, salah satu pengarang favoritnya. Katja mempunyai buku itu dengan edisi berbeda, ia tersenyum lebar yang entah sudah ke berapa kali sejak kedatangannya di Kelana. Ia ambil buku itu dan menyusul Prisma.

Prisma melihat buku pilihan Katja dan tidak memiliki ide apa pun tentang buku itu,
Buku apa itu, Ca? Unnatural Creatures...”, tanya Prisma melafalkan judul.
Kumpulan cerpen favoritnya Neil Gaiman tentang... makhluk-makhluk fantasi gitu, Pri. Hmmm, lo pernah nonton Coraline, film animasi?

Bentar... bentar...,” Prisma berpikir sejenak,” yang... tokohnya anak cewek, rambut pendek, warna biru itu bukan, sih?
Iya yang itu! Tentang anak yang baru pindah rumah, terus menceritakan hubungan dia dengan ibunya yang kebanyakan berantemnya, terus dia nemu lorong rahasia gitu menembus semacam dunia paralel dengan kehidupan yang mirip sama hidupnya, tapi ̶ 
Orang-orangnya mata kancing semua?

Katja mengangguk antusias, “Yup! Nah, film itu adaptasi dari novel karangan Neil Gaiman ini. Dia rerata emang nulis genre fantasi gitu. Gue baca beberapa novel dan kumcernya, Pri. Salah satu penulis favorit guelah.”
Prisma mengangguk-angguk mendengar penjelasan Katja, sebegitunya Katja berbinar, kalau bukan karena makanan enak, ya karena buku.

Lo lebih senang baca novel atau kumcer, Ca?
Hmmm... sulit. Cerpen, sih. Cerpen itu ibarat slice of life aja, menggambarkan sekilas cerita kehidupan, kadang ending-nya nggantung aja gitu, kayak nggak ada kesimpulan, tapi nggak jarang sering kasih efek mind blowing juga. Dan dalam suatu kumpulan cerpen, lo bisa banyak dapat cerita, kayak lo ketemu sama orang-orang yang berbeda dengan secuil cerita dari masing-masing orang”.
Masih suka nulis, Ca?”, pertanyaan Prisma yang membuat pipi Katja sedikit memerah.
Ngg... ak”, jawab Katja.

Sebelum Prisma bertanya lebih lanjut, Katja mengalihkan pembicaraan,
Kalo lo sukanya baca apa, Pri?
Lo kan tau dari dulu I’m not into reading, Ca, lebih suka film sih. Tapi, I’d love to hear a story from you, lho Ca”.

Katja merengut sebentar kemudian menyengir, teringat satu cerita dari buku kumpulan cerita yang ia pilih.
Nama restoran tempat lo gawe apa, Pri?
Epicurean, kenapa?”
Di sini ada satu cerita tentang satu kelompok pecinta kuliner yang tergabung dalam The Epicureans Club. Pas cerita ini ditulis oleh Gaiman sendiri, judulnya Sunbird. Gue ceritain?
“Siap menyimak Katja the Storyteller!”.
*

Suatu hari duduklah mereka, anggota The Epicurean Club, memusingkan hal yang sangat memengaruhi keberlanjutan eksistensi klub mereka itu, mau makan apa lagi mereka?

Sedangkan sepertinya semua jenis makanan sudah mereka santap dan nikmati. Ok, sebelum kita berlanjut, kenalan dulu satu-satu dari member The Epicurean ini:

Augustus TwoFeathers McCoy, ketua klub, pewaris klub dari ayahnya, kakeknya, sampai kakek buyutnya. Kalau ada kata selain gemuk, tambun, bongsor, mungkin itulah kata yang bisa menggambarkan Augustus. Ia benar-benar memiliki dua bulu seperti TwoFeathers pada namanya. Terselip pada ikatan rambut, satu perak, satunya lagi emas— pada masanya karena kini hanya tampak seperti putih dan kuning. Lusuh.
Professor Mandalay, sang ilmuwan yang jangan dulu meremehkan tampilan fisiknya: kecil, ringkih, abu-abu▬ nyaris serupa hantu. Kadang kau tak menyadari keberadaannya maupun kepergiannya. Namun, isi otaknya dipenuhi segala macam pengetahuan. Ia si pencatat rasa makanan-makanan yang sudah dinikmati The Epicurean Club. Sebut satu jenis makanan, maka ia akan buka ensiklopedia rasa dari otak encernya.
Virginia Boote, satu-satunya wanita dalam klub ini. Penikmat hidangan mewah, kritikus restoran yang (dulu) begitu anggun dan memesona, tapi kini jatuh dalam kekacauan dan sangat bangga akan kekacauannya tersebut. Hobi bersenandung, bernyanyi, dan bermain backgammon.
Jackie Newhouse, lelaki muda perlente, pewaris dari Giacomo Casanova sang gourmand dan violis. Jackie mewarisi pendahulunya sebagai penikmat hidangan surgawi dan violis handal.
Dan terakhir, Zebediah T. Crawcrustle, satu-satunya anggota The Epicurean Club yang miskin. Ia sebenarnya pernah kaya, tapi tidak menikmati kekayaannya dan lebih memilih jadi gembel. Nomaden, tidur dan berdiam diri di mana saja, dengan membawa sebotol minuman beralkohol, tanpa penutup kepala, baju compang-camping, tetapi memiliki gigi runcing untuk menyokong selera makannya yang tak biasa.
~
Sebut satu makanan yang belum klub ini nikmati. Dari makhluk fantasi, seperti unicorn hingga hewan-hewan prasejarah, seperti mammoth dan mastodon telah mereka cecap.
Burung bangkai.
Kura-kura raksasa.
Dolphin fish (ya, lumba-lumba yang ikan, bukan mamalia).
Tikus mondok.
Lemur.
Merak.
Cumi (dari berbagai ukuran).
Bahkan, badak sumatera, jadi mungkin The Epicurean ini pernah mampir Indonesia.

Berdebatlah mereka, bahwa belum semua jenis serangga mereka coba. Tetapi, bagi Virginia, jika sudah mencicipi satu jenis serangga, maka semua spesies pun telah tersantap. Augustus TwoFeathers McCoy pun tak bisa menemui rekam jejak dalam buku pedoman The Epicurean yang telah turun-temurun.
Lalu, Zebedah T. Crawcrustle mengatakan bahwa ada satu binatang yang belum mereka makan, hewan itu adalah Sunbird.
Binatang apa itu Sunbird? Semua sisa anggta terheran. Tapi tentu saja, Prof Mandalay pernah mendengar hewan itu, namun sejauh yang ia ketahui, Sunbird adalah hwan imajiner.Jackie Newhouse juga meragukan ucapan Zebediah, tak pernah sekalipun ia atau pendahulunya tahu tentang Sunbird. Augustus menggaruk kepala yang mungkin saja dapat membantunya menemukan ingatan tentang Sunbird, tapi... ah! Tidak ia temui. Sedangkan, Virginia, tanpa bertele-tele, langsung bertanya di mana mereka bisa menemukan Sunbird ini bila mereka ingin mencobanya?

Sunbird berasal dari Suntown yang berada di kota Kairo, Mesir. Zebediah T. Crawcrustle merekomendasikan untuk pergi pada sore hari di tengah musim panas dan menginap di rumah kerabatnya, Mustapha Stroheim, si pemilik kedai kopi sambil ia mempersiapkan cara menghidangkan Sunbird.
Perdebatan pun mulai bergulir, terutama Jackie Newhouse yang sepertinya memang selalu menatap rendah Zebediah. Augustus pun kebingungan tentang biaya akomodasi mereka meskipun ia sudah tahu siapa yang bakal mensponsori perjalanan itu. Belum lagi jadwal mengajar Prof Mandalay yang begitu padat.
Akan tetapi, apalah gunanya seorang profesor bila tidak memiliki asisten untuk mengganti mengajar sementara, bukan? Dan, selalu saja Virginia yang langsung pada inti permasalahan bertanya kapan mereka berangkat ke Suntown.
Maka, diputuskanlah hari Minggu pada pekan sejak pertemuan itu dan meluangkan waktu beberapa hari di sana untuk mempersiapkan penyajian Sunbird secara tradisional oleh Zebediah T. Crawcrustle.
~
     Dalam masa menunggu waktu keberangkatan, satu per satu diantara para anggota Epicurean, menemui Zebediah T. Crawcrustle untuk menyampaikan kegelisahan dan keraguan masing-masing.
     Augustus TwoFeathers McCoy datang bersama putrinya, Holly, menemui Zebediah di sebuah taman. Zebediah sedang ngemilin kunang-kunang saat itu. Augustus mengungkapkan bahwa perjalanan ke Suntown ini rasa-rasanya begitu familiar untunya, namun ia tetap tak bisa menemukannya baik dalam memori maupun buku pedoman The Epicurean.
     Buku pedoman yang sudah berusia lebih dari 40 tahun, mencantumkan Sunbird pada indeks halamannya, namun halaman tersebut terbakar dan tak meninggalkan jejak apa pun. Zebediah hanya berkata bahwa kebingungan memang akan selalu ada layaknya terbit-tenggelamnya matahari.

     Jackie Newhouse datang bersama Prof Mandalay yang menemukan Zebediah T. Crawcrustle di bagian belakang stasiun kereta. Zebediah memakan arang lengkap dengan bara menyala, seperti trik seorang penyembur api dalam pertunjukan sirkus. Baginya, arang dapat membersihkan darah dan memurnikan jiwa.
     Jackie merasa bahwa feeling-nya mengatakan sebaiknya perjalanan ini tidak dilaksanakan. Di sisi yang lain, Prof Mandalay sebagai seorang akademisi tak memercayai adanya suatu feeling, ia lebih heran mengapa bila Sunbird ini begitu lezat, ia tak pernah mendengarnya, pun ia belum pernah mengetahui bahwa ada tempat bernama Suntown di Kairo. 
     Dan seperti biasa, Zebedah tak terlalu menggubris intuisi seorang Jackie dan sebaliknya Jackie semakin tak tahan melihat selera makanan Zebediah, lalu memilih untuk pergi, sedangkan Prof Mandalay tahu-tahu sudah tak ada, layaknya hantu.

     Virginia tak sengaja bertemu Zebediah T. Crawcrustle setelah keluar dari restoran yang ia ulas. Zebediah membawa botol berisi cairan semacam spiritus. Ia meminjam korek api pada Virginia yang kemudian diberikannya. Cairan itu menyala-nyala dan Zebediah meminumnya, berkumur-kumur, lalu menyemburkannya, membakar koran-koran yang berserakan. Bagi Virginia, kelakuan itu adalah cara sempurna untuk bunuh diri yang hanya dibalas Zebediah dengan cengiran lebar.
     Virginia adalah satu-satunya anggota yang mengungkapkan antusiasmenya akan perjalanan ke Suntown. Perempuan itu sangat penasaran, seperti apa kiranya kelezatan seekor Sunbird.
Lebih bernutrisi daripada puyuh.
Lebih lembut daripada kalkun.
Lebih berlemak daripada burung unta, dan lebih sehat dibandingkan bebek.
Sekali santap, takkan terlupa.

Begitu, tutup Zebediah T. Crawcrustle.
~

Berangkatlah mereka, The Epicurean, di hari Minggu sesuai kesepakatan. Hollyberry NoFeathers McCoy melambai-lambaikan tangan, berpisah dengan sang ayah, Augustus TwoFeathers McCoy, yang lagi-lagi merasa déjá vu, mengingatkannya akan dirinya sendiri di masa lalu saat terakhir kali berjumpa dengan sang ayah.
Mereka menaiki pesawat perintis, pesawat yang lebih besar, balon udara, gondola, hingga jeep saat sampai di Mesir. Mereka berlima disambut hangat oleh Mustapha Stroheim, “Selamat datang di kahwa-ku!”. Kahwa adalah kafe. Mereka pun berleyeh-leyeh, meminta minuman sebagai pelepas dahaga dan beristirahat pada kamar yang sudah disediakan. Kecuali, Zebediah T. Crawcrustle tentu saja yang lebih memilih menggembel sambil mempersiapkan penyambutan hingga cara memasak Sunbird.
Oleh karenanya, Zebediah memperbaiki alat pembakaran yang ada pada halaman belakang rumah Mustapha. Ia meminta Virginia untuk membeli bumbu dan rempah di tengah-tengah kegiatannya bermain backgammon bersama warga sekitar. Sementara itu, ketiga sisa anggota lainnya sibuk berkegiatan masing-masing. Jackie Newhouse berteman dengan orang-orang baru yang jatuh hati akan kenecisan dan kepiwaiannya dalam menggesek biola. Augustus TwoFeathers McCoy berkelana entah ke mana, dan Prof Mandalay tetap berdedikasi pada dunia pengetahuan dengan mempelajari huruf hieroglif.
~
     Saat alat bakar telah berfungsi seperti sedia kala, Zebediah menyiapkan sebuah ritual untuk mengundang kedatangan Sunbird dengan menaburi kayu manis dan cendana pada arang di pembakaran dekat pohon alpukat untuk menyambut kedatangan Sunbird. Ia meminta para anggota The Epicurean agar mengosongkan perut mereka sehari sebelum hari penyantapan guna membangkitkan selera makan.
Dan,
Pada hari yang ditunggu-tunggu...

Tampaklah burung dengan sayap bergradasi ungu-emas-perak datang seolah muncul dari matahari. Kau harus memicingkan matamu karena siapa yang bisa menatap matahari, bukan?
Burung itu mengepakkan sayap dengan anggun, meliuk sayap yang satu berkesinambungan dengan sayap lainnya seperti gerakan tari yang membuat para penontonnya berdecak dan seolah lupa cara bernapas.
Terkesima.

Harum kayu manis dan cendana seakan membuat burung itu mabuk. Perlahan-lahan dengan kepakan cantiknya, ia turun menuju undangan para The Epicurean di batang pohon alpukat, perlahan semakin turun dan turun...

Seumpama kalkun, namun lebih mungil.
Seumpama ayam jago, namun lebih besar.
Memiliki kaki yang jenjang layaknya bangau dengan kepala serupa elang
Sunbird, dengan bulu emas-ungu-peraknya pada kepala.
Ia membungkuk seolah memberi hormat.

Zebediah T. Crawcrustle pun membalas bungkukan sebagai tanda hormat, lalu Sunbird terkulai begitu saja dan Zebediah mengangkat burung itu hati-hati seperti mendekap anak sendiri, melepaskan bulu di kepala Sunbird dan menyisihkannya. Tampak tak asing bulu tersebut?

Tuak Mesir tua yang tinggal sepertiga dalam botol dicampur dengan berbagai rempah dan bumbu. Jinten. Ketumbar. Vanila. Lavender.
Sunbird ditempatkan pada botol, lalu dibakar. Saat arang mengenainya, kilatan cahaya bersinar, sekali lagi membuat mata harus menghindar untuk melihat.
“Sunbird masak begitu cepat, siapkan piring kalian!”, begitu seru Zebediah pada lainnya.

Harum lezat terkuak.

Lebih berlemak dari merak.
Lebih bernutrisi dari bebek.
Membuat The Epicurean semua menelan liur masing-masing.
~

Zebediah T. Crawcrustle menyajikan potongan daging Sunbird di setiap piring anggota The Epicurean, dan menuangkan saus panggang. Mereka berlima makan dengan tangan mereka sendiri.
“Ini sempurna!”
“Rasanya seperti masa mudaku, seperti keabadian!”
“Rasanya seperti cinta dan musik maestro, seperti kebenaran”
“Layaknya matahari. Rasa paling paripurna yang pernah kucecap, dan aku sama sekali tak menyesal akan hal ini, tapi nampaknya aku akan amat merindukan Holly”, komentar Augustus mengikuti komentar-komentar lain Epicurean.

Prof Mandalay mencatat semuanya pada buku pedoman Epicurean. Tekstur. Rasa. Bumbu, serta testimoni-testimoni dari anggota lain. Sementara tangan lainnya menyantap Sunbird dengan lahapnya.

Namun.
Semakin dimakan, panas semakin menjalar pada sistem pencernaan mereka. Zebediah bersikap tenang dan mengatakan bahwa untuk memakan Sunbird memang dibutuhkan persiapan yang cukup, seperti memakan arang, cairan spiritus, serta kunang-kunang. Jika tidak demikian, maka si penyantap akan terbakar begitu saja. Zebediah terus makan dan sekilas sinar keperakan mengilat-ngilat di sela-sela giginya.

Satu per satu diantara mereka mulai terbakar. Jari jemari kemudian menjalar pada seluruh tubuh. Di situlah Augustus baru teringat bahwa cara seperti inilah yang membuat para leluhurnya tiada dan ia menyesalkan mengapa baru sekarang ia ingat akan hal itu.
“Ketika waktu berlalu dan terbakar, memori di dalamnya akan datang kembali”, begitu terang Prof Mandalay yang tampak lebih solid daripada biasanya dan ia tersenyum sambil menutup buku pedoman yang sedikit terbakar.

Sebelum berpisah, Jackie Newhouse mengkritik saus panggang sebagai pelengkap Sunbird yang dirasa kurang sedikit cuka. Dan Zebediah tak mengabaikannya seperti yang sudah-sudah.
Virginia Boote berterima kasih dan tak bisa menutupi betapa menyenangkannya pengalaman menyantap Sunbird alias burung phoenix. Phoenix dari Heliopolis, burung yang ketika mati dalam abu dan lidah api akan terlahir kembali, demikian dari generasi ke genarasi.

Udara semakin panas, telur saja akan matang bila terpapar. Keempat anggota The Epicurean telah pergi meninggalkan seorang pria dengan rambut berwarna lebih gelap dan gigi yang jauh lebih bersih, bercelemek “Kiss The Cook”, Zebediah T. Crawcrutle, yang sibuk menjilati sisa-sisa hidangannya seakan tak ingin berpisah dengan kelezatan dan peremajaan yang didapatkannya. Zebediah mengambil bulu emas dan perak yang disisihkannya di awal.

Dan, pada sisa tulang di arang, lahirlah seekor burung ungu keemasan yang mencari tapak untuk berdiri.
Menatap matahari seolah melihat orang tua sendiri.
Ia kembangkan sayap emas mungilnya.
Mencari keseimbangan.
Dan ketika siap,
terbanglah ia pada cahaya hangat di ujung sana yang seakan membentang tangan siap memeluk.
~
Hollyberry TwoFeathers McCoy adalah ketua klub The Epicurean turun-temurun dari ayahnya. Ia memang mempunyai dua bulu seperti pada namanya yang pada masanya merupakan warna emas dan perak yang berkilau, kini kumal dimakan zaman.
Holly dan para anggota Epicurean lain menggerutu, kehabisan ide tentang makanan apa lagi yang dapat mereka santap.
~
Tamat, Pri”, tutup cerita Katja sambil menunjukkan di akhir halaman cerita Sunbird, “Lihat nih, for HMG – a belated birthday present, manis banget nggak sih?

Prisma tersenyum, “Ceritanya... memang agak-agak absurd... nyentrik gitu ya. Manis bener tapi, harapannya terus muda kayak Zebediah kali ya. Tapi kalau dia tahu bahwa makan Sunbird itu butuh persiapan, kok nggak kasih tahu yang lain, sih?

Kalau lo bisa muda terus, emang lo mau bagi-bagi?

Kok jadi serius sih, Ca?
Lah, lo nanya!”, dan mereka tertawa bersama.

You’re a good storyteller, lho Ca. Dengan ke-lebay-an lo itu, haha. Dari dulu selalu senang kalau lo cerita abis selesai satu buku ke gue”.

Dan beberapa memori di masa lalu hinggap mampir pada pikiran Katja, “When the years burn, the memories of those years come back, gitu kalau kata Prof Mandalay”, kutip Katja, “Hmmm... Pri udah mau ma—“

Jangan pulang dulu, Ca... Please.”
Terus, mau ke mana lagi memang?     

Prisma berpikir sejenak dan tak kunjung satu ide pun muncul. Katja tersenyum,
Ya udah... keliling-keliling Jakarta yuk, rela bensinnya berkurang banyak buat gue yang jarang banget ke ibu kota nggak, nih?

Rela banget!”, jawab Prisma.[*]



16.35 di rumah
KatjaPrisma #8 ditulis dari 27 Des 2018 – 2 Maret 2019.
Kebanyakan di rumah, nyelip-nyelip di kantor dan McD.

Terima kasih banyak pada sumber-sumber inspirasi:
  • Gaiman, Neil.2014.Unnatural Creatures: Stories Chosen by Neil Gaiman. London: Bloomsburry Publishing. (Sunbird oleh Neil Gaiman, halaman 75-106, diceritakan kembali dengan karakter Katja)
  • Ilustrasi Puuung! yang jadi inspirasi spot di Kelana

   
      

Link part sebelumnya:
      KatjaPrisma#1

Comments

sakurasasaki said…
Entah kenapa kalimat jalan-jalan keliling Jakarta ini sampai bensin habis terbakar dan menjadi memori... ��

Akhirnya aku baca KatjaPrisma. lagiii.. aciih yaa Ish
ismailia jenie said…
Makasih ya, ken udah baca :)
ditunggu part terakhir yaa :D