KATJA DAN PRISMA DI SEBUAH TAMAN
"Nih... tempat refleksi gratis, Pri", kata Katja sambil melepas sepatunya, bersiap berjalan di bebatuan yang menjadi alas alur jalan.
Prisma hanya terdiam, melihat para lansia yang merupakan pengunjung dominan penikmat fasilitas refleksi gratis di taman itu. Sementara Katja... sudah mulai tertatih melangkahkan kaki, terkadang begitu menikmati, terkadang meringis kesakitan, dan berusaha mempercepat langkah agar nyeri itu hilang. Sadar Prisma tidak mengikutinya, Katja menoleh ke belakang,
"Ayo, Pri! katanya pegal-pegal, gratis nggak pakai bayar!"
Lalu, menurutlah Prisma, dibukanya alas kakinya, dan mulai berjalanlah ia. Ah... ya sensasinya memang seperti memakai sandal refleksi itu, nyaman juga... pikir Prisma.
Kemudian, Prisma mulai menapaki sekumpulan batu yang ukurannya kecil-kecil dengan ujungnya yang lebih runcing dibandingkan bebatuan di awal tadi.
"Duh... aduh... aduh!", keluhnya, tapak kaki Prisma tidak selama di awal tadi, ia pun mulai mempercepat langkah sambil terloncat kecil menahan kesakitan. Katja tertawa melihat raut wajah Prisma yang meringis.
"Puas banget ketawanya, Ca!", protes Prisma saat ia sudah menyusul langkah Katja.
"Masih panjang tuh jalannya, masih kuat, nggak?'
Prisma menjawab tantangan Katja. Berdua mereka menyusuri jalan bebatuan itu, meringis kesakitan, berjalan cepat seakan berlomba mencapai garis akhir saat bebatuan yang diinjak terasa nyaman, dan tertawa puas saat sama-sama selesai menyusuri jalan itu.
"Nyeri kaki gue, tapi... enak sih... tapi... sakit gila!"
"Baru segitu aja udah menderita banget lo! Coba deh bayangin pemain debus tuh... mereka jalan di atas bara api... api! Ini sih... ya hitung-hitung latihanlah kalau masuk neraka, belum pakai api aja!"
Prisma dan Katja sama-sama tertawa terbahak, lalu memakai kembali sepatu masing-masing. Mereka duduk di bangku taman, menikmati udara pagi yang berlum terpolusi. Momen hening diantara keduanya, hingga Katja berkata,
"Pri... antar aku pulang sekarang, ya"
27 Agustus 2014
21.29
di kamar
KatjaPrisma#1
"Nih... tempat refleksi gratis, Pri", kata Katja sambil melepas sepatunya, bersiap berjalan di bebatuan yang menjadi alas alur jalan.
Prisma hanya terdiam, melihat para lansia yang merupakan pengunjung dominan penikmat fasilitas refleksi gratis di taman itu. Sementara Katja... sudah mulai tertatih melangkahkan kaki, terkadang begitu menikmati, terkadang meringis kesakitan, dan berusaha mempercepat langkah agar nyeri itu hilang. Sadar Prisma tidak mengikutinya, Katja menoleh ke belakang,
"Ayo, Pri! katanya pegal-pegal, gratis nggak pakai bayar!"
Lalu, menurutlah Prisma, dibukanya alas kakinya, dan mulai berjalanlah ia. Ah... ya sensasinya memang seperti memakai sandal refleksi itu, nyaman juga... pikir Prisma.
Kemudian, Prisma mulai menapaki sekumpulan batu yang ukurannya kecil-kecil dengan ujungnya yang lebih runcing dibandingkan bebatuan di awal tadi.
"Duh... aduh... aduh!", keluhnya, tapak kaki Prisma tidak selama di awal tadi, ia pun mulai mempercepat langkah sambil terloncat kecil menahan kesakitan. Katja tertawa melihat raut wajah Prisma yang meringis.
"Puas banget ketawanya, Ca!", protes Prisma saat ia sudah menyusul langkah Katja.
"Masih panjang tuh jalannya, masih kuat, nggak?'
Prisma menjawab tantangan Katja. Berdua mereka menyusuri jalan bebatuan itu, meringis kesakitan, berjalan cepat seakan berlomba mencapai garis akhir saat bebatuan yang diinjak terasa nyaman, dan tertawa puas saat sama-sama selesai menyusuri jalan itu.
"Nyeri kaki gue, tapi... enak sih... tapi... sakit gila!"
"Baru segitu aja udah menderita banget lo! Coba deh bayangin pemain debus tuh... mereka jalan di atas bara api... api! Ini sih... ya hitung-hitung latihanlah kalau masuk neraka, belum pakai api aja!"
Prisma dan Katja sama-sama tertawa terbahak, lalu memakai kembali sepatu masing-masing. Mereka duduk di bangku taman, menikmati udara pagi yang berlum terpolusi. Momen hening diantara keduanya, hingga Katja berkata,
"Pri... antar aku pulang sekarang, ya"
27 Agustus 2014
21.29
di kamar
KatjaPrisma#1
Comments
aku masih suka minder tapi, hehehehe...