#30dayswritingchallenge - day 5: your parents

Bunyi jangkrik masih nyaring, sesekali masih terdengar pula bunyi tokek. Bermula layaknya motor yang perlu dipanaskan, lalu berlanjut tokeeek~ tokeeek~

Bapak sudah segar, mandi sebelum waktu subuh, wangi. Dengan kaos dan sarungnya, ia duduk di sofa, membaca buku yang tebal-tebal. Sesekali ia membasahi ujung telunjuknya untuk berpindah ke halaman berikut.

Ibu ke dapur, dengan rol rambut yang masih tergulung di beberapa sisi. Mengeluarkan cangkir dari lemari, mengambil tatakan. Lalu, menuangkan dua hingga tiga sendok teh cokelat bubuk, menuangkan air panas dari termos yang sudah disiapkan Si Mbak. Mengaduk-aduk hingga gumpalan bubuk larut, mengambil sedikit untuk memastikan rasanya sudah pas.

Kemudian, ia membuka kulkas, mencari setumpuk muffin yang masih tersisa. Ibu ambil dua tangkup untuk dipanaskan pada pemanggang roti. Lampu hijau menyala, saatnya menyiapkan selai beri dan kacang. Selagi masih dapat disambi, Ibu menyalakan televisi agar ada latar suara di pagi yang sunyi.

Pemanggang roti mengeluarkan bunyi tik disertai desisan pelan. Muffin mulai hangat, lampu kuning menyala. Sebentar lagi, pikir Ibu.

Bapak mencium aroma tepung muffin yang menguar. Pelan-pelan membuyarkan pikirannya dari persiapan materi kuliah. Perutnya mulai protes lapar. Bapak menutup buku tebalnya, memakai sandal dan berjalan ke bawah.

Sekilas kecupan menyatukan Bapak dan Ibu.

"Muffinnya bentar lagi siap, Mas"

"Ya, yang"

Lampu kuning pada pemanggang redup. Ibu mencabut kabel, mengambil roti bundar itu dengan capitan, mengistirahatkannya pada pisin, Ia mengoles selai pada muffin tertangkup satu, lalu dua, menyajikannya di ruang TV. Oh ya, disusulkannya secangkir cokelat yang mulai menghangat.

Bapak dan Ibu duduk bersebelahan, mengisi pagi dengan obrolan-obrolan sekilas sebelum anak-anak mereka bangun meributkan PR yang belum selesai atau siapa yang lebih dulu mandi dari siapa.

*

16 September 2020, rumah

Comments