Namamu masih menempati deret teratas jejeran percakapan dalam aplikasi chatting. Terima kasih, membuat hari hangat di tengah musim pancaroba dingin ini.
Begitu sepotong kalimat yang tertulis di buku catatan kecil milik Andari, tergeletak begitu saja di meja kerjanya.
Dasar ceroboh, batin Ria, orang kepo 'kan jadi tambah kepo!, batinnya sambil cekikikan genit. Ih! siapa sih?
Andari pernah cerita bahwa buku kecil ini adalah catatannya tentang apa pun dan Ia juga mempersilakan orang lain untuk baca saja kalau memang mau baca.
Catatan Pengeluaran Harian
Nomor-nomor Penting
Misuh-misuh Ramadan (karena saaat puasa tak boleh maramara)
atau bait-bait puisi maupun prosa-prosa singkat milik Andari.
"Hih... siapa gerangan ini nama teratas di WA-nya 'Ndari ini? Jarang-jarang anaknya tulas-tulis romantis begini", begitu penasarannya Ria yang sangat ingin membuka gawai tak berkata kunci milik Andari.
"Ah... aku punya kemampuan mengingat yang buruk sekali, Ri! Katamu saja aku salah terus kan mengingat namamu di awal perkenalan kita padahal cuma tiga huruf. Ira-lah, Rai-lah, Ita-lah, belum kebalik-balik sama anak selantai", begitu salah satu alasan Andari memilih tidak memakai kata sandi atau pola kunci untuk gawainya.
Ria mengintip keluar ruangan. Belum ada tanda-tanda si empunya ponsel akan balik cepat setelah drama pencernaannya yang selalu bermasalah di pagi hari.
Ria menggeser gawai putih itu agar lebih dekat. Menggenggamnya.
Sekali lagi, ia melongok keluar ruangan, memastikan situasi aman.
Ria tekan tombol agar gawai menyala, tersaji bulatan-bulatan aplikasi untuk disentuh. Pada pojok kanan itulah logo telepon latar hijau diletakkan Andari sedemikian rupa agar cepat tersentuh.
Ria mengklik logo itu, menahan napasnya sebentar. Deretan percakapan terbuka.
Dan yang teratas: Mr. Boss dengan percakapan: Paparan yang kita diskusikan tadi segera dibuat, ditunggu BOD pukul 13.
Hah?? Chat begini yang menghangatkan hari Andari?
Ria masih melongo heran, tidak menyadari Andari berdiri di ambang pintu memegang perutnya yang kembali bergejolak.
20 Juli 2019
Begitu sepotong kalimat yang tertulis di buku catatan kecil milik Andari, tergeletak begitu saja di meja kerjanya.
Dasar ceroboh, batin Ria, orang kepo 'kan jadi tambah kepo!, batinnya sambil cekikikan genit. Ih! siapa sih?
Andari pernah cerita bahwa buku kecil ini adalah catatannya tentang apa pun dan Ia juga mempersilakan orang lain untuk baca saja kalau memang mau baca.
Catatan Pengeluaran Harian
Nomor-nomor Penting
Misuh-misuh Ramadan (karena saaat puasa tak boleh maramara)
atau bait-bait puisi maupun prosa-prosa singkat milik Andari.
"Hih... siapa gerangan ini nama teratas di WA-nya 'Ndari ini? Jarang-jarang anaknya tulas-tulis romantis begini", begitu penasarannya Ria yang sangat ingin membuka gawai tak berkata kunci milik Andari.
"Ah... aku punya kemampuan mengingat yang buruk sekali, Ri! Katamu saja aku salah terus kan mengingat namamu di awal perkenalan kita padahal cuma tiga huruf. Ira-lah, Rai-lah, Ita-lah, belum kebalik-balik sama anak selantai", begitu salah satu alasan Andari memilih tidak memakai kata sandi atau pola kunci untuk gawainya.
Ria mengintip keluar ruangan. Belum ada tanda-tanda si empunya ponsel akan balik cepat setelah drama pencernaannya yang selalu bermasalah di pagi hari.
Ria menggeser gawai putih itu agar lebih dekat. Menggenggamnya.
Sekali lagi, ia melongok keluar ruangan, memastikan situasi aman.
Ria tekan tombol agar gawai menyala, tersaji bulatan-bulatan aplikasi untuk disentuh. Pada pojok kanan itulah logo telepon latar hijau diletakkan Andari sedemikian rupa agar cepat tersentuh.
Ria mengklik logo itu, menahan napasnya sebentar. Deretan percakapan terbuka.
Dan yang teratas: Mr. Boss dengan percakapan: Paparan yang kita diskusikan tadi segera dibuat, ditunggu BOD pukul 13.
Hah?? Chat begini yang menghangatkan hari Andari?
Ria masih melongo heran, tidak menyadari Andari berdiri di ambang pintu memegang perutnya yang kembali bergejolak.
20 Juli 2019
Comments