Bertemu Bapak

Bapak ada di sofa itu. Duduk, membaca buku tebal, kacamatanya turun sedikit, ditemani kopi di meja di hadapannya.
Aku terkejut, menutup kamarku kembali. Terbelalak menatap diriku sendiri dalam kaca, mulutku berkata tanpa suara: Ba... pak ?

Kuintip lagi.
Bapak masih di situ. Rambut ikalnya yang berantakan, sarung kotak-kotak hijau ungu, dan kaki beralaskan karpet empuk, sedangkan sandalnya ada di samping tepi karpet. Bapak membasahi sedikit ujung telunjuknya, membalikkan halaman buku yang dibacanya khusyuk.

Aku menutup kembali pintu, mengusap-usap mukaku sendiri, menyentuh pelipis yang jadi agak pening.

Kutahan daun pintu di posisi bawah, tanpa menariknya. Lalu, perlahan aku tarik, mengembuskan napasku sendiri sebelum pintu kembali terbuka.

Kuberdiri termangu melihat Bapak.

Merasa diperhatikan, Bapak melihat ke arahku, membetulkan kacamatanya yang turun.

"Hai, Nak. Sudah bangun?"

Aku berlari memeluk Bapak, sepuluh tahun kami tak bertemu.


15 November 2018
baik-baik saja waktu menulisnya, tapi nangis waktu dibaca lagi

Comments