Toilet: Ek Prem Katha

Film berikutnya yang mau saya share adalah Toilet: Ek Prem Katha.
Sebelumnya, film-film yang baru-baru ini saya tonton, memang rerata kalau nggak film Indonesia, adalah film-film yang bukan tergolong box office. Karena belakangan film-film yang tayang kalau nggak tentang superhero, kebanyakan horror, dan dua genre film itu nggak terlalu saya suka, buat horror sih emang nggak pernah berani nonton kecuali kejebak, haha!

Ok, setelah googling apa itu artinya Ek Prem Katha, tenyata translasinya adalah A Love Story.

Ya begitulah. Saya juga bukan penggemar film india sih (baca sinetron india di salah satu stasiun TV itu ya) yang merupakan kegemaran ibu saya #ea #curhat
Beberapa film India yang tayang di bioskop banyak juga yang bagus-bagus dan nggak se-cheesy sinetronnya.



Toilet: Ek Prem Katha bercerita tentang asmara antara Keshav dan Jaya. Ya klise, awalnya Keshav suka sama Jaya itu lewat cinta pandangan pertama pas Jaya nggak sabar antre di toilet kereta yang sebelumnya diisi oleh Keshav. Eh pas sudah selesai, biasalah... adegan slow motion Jaya yang ngomel-ngomel dan Keshav terbengong-bengong kesengsem.

Keshav yang memang sudah pantas sebenarnya buat punya dua anak, susah cari istri karena berdasarkan tanggal lahir dan sebagainya, dia dinilai nggak beruntung buat dapat jodoh, harus menikah dulu dengan seekor sapi sebagai ritual buang sial dan istri 'manusia'-nya kelak juga harus punya dua ibu jari, haha!

Singkat cerita, dengan segala klise kisah cinta (Jaya yang tadinya ketus tapi akhirnya ya suka juga, ditambah ide Keshav dan Jaya untuk mengelabui bapaknya Keshav yang sangat memegang teguh kepercayaan bahwa Keshav memang harus menikah sama perempuan berjempol dua itu), menikah jugalah mereka.

Akan tetapi, kehidupan pernikahan Keshav dan Jaya terusik saat suatu pagi jendela kamar mereka diketuk-ketuk sama sekumpulan perempuan di wilayah mereka tinggal itu untuk... buang hajat. Ini pertanda bahwa di rumah Keshav tidak ada toilet. Ya, saudara-saudara nggak ada T O I L E T

Saya juga baru tahu, bahwa di India sana, masih ada beberapa wilayah yang 'mengharamkan' adanya toilet di rumah-rumah mereka. Kepercayaannya, karena itu diatur dalam agama mereka, mungkin semacam najis seperti itulah. Alhasil, maka penduduknya bisa buang air di mana pun mereka mau, tapi ini hanya berlaku untuk laki-laki, sedangkan perempuan harus melakukan itu pada dini hari di ladang yang jauh dari tempat tinggal mereka. Sehingga di siang hari, perempuan-perempuan harus menahan hajat mereka itu.
Dari yang saya baca, hal ini jadi perhatian besar negara menyangkut sanitasi dan kesehatan warga India, tapi urusan toilet begini saja jadi dipolitasasi dan bahan main anggaran yang berujung kecurangan dan korupsi begitulah.

Isu ini juga yang diangkat di film ini. Jaya berasal dari keluarga yang lebih berpendidikan daripada Keshav yang latar belakang keluarganya penganut kepercayaan aliran keras.
Gara-gara tidak ada toilet itu, Jaya memutuskan untuk pulang ke rumahnya sendiri dan enggan kembali sebelum Keshav bangun toilet di rumahnya. Tapi ternyata, melawan tradisi yang begitu lama sudah melekat bukan hal yang mudah.

Begitulah... melalui film ini, saya baru melihat betapa bahagianya seseorang ketika pada akhirnya bisa ketemu toilet setelah berhari-hari menahan 'keinginan'nya itu. Dan... ya itu, betapa urusan yang kelihatannya sepele ini bisa dipolitisasi dan bikin gempar satu negara.  Gimana saat Keshav bangun toilet di rumahnya, dia tempel gambar Taj Mahal pas sudah jadi, eh... pagi-paginya dihancurkan begitu saja sama keluarga yang lain.

Film ini banyak bumbu komedinya, ya tentu bukan film india kalau nggak pakai musik bingar dan joged-joged, tapi syukur cukup bisa dinikmati dan nggak se-cheesy yang di TV #teteup

Sekian. Sayangilah toiletmu, ya!


Bandung, 8 September 2017
10.46
di kantor, menganggur, dan magabut
sumber gambar: imdb.com

Comments