Jakarta Sebelum Pagi - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Ini adalah novel yang terakhir dibaca, dua kali pula.

Bercerita tentang seorang perempuan berusia 25 tahun yang suka nggak fokus kalau bicara dan hobi baca fiksi-fiksi serta nonton serial TV ('racun-racun' yang ia dapat dari tetangga para eyangnya, Pak Meneer). Namanya Emina, orang tuanya dapatkan nama itu dari sebuah puisi asal Serbia.

Hidupnya banyak dihabiskan di apartemen, tapi ada jadwal rutin nengok para sesepuh dan tetangga mereka (geng Para Jompo). Punya teman-teman dan stalker yang Emina ibaratkan sebagai babi-babi (runut dengan kasta yang ia ciptakan, dari yan pi sampai babi steril).

Bersama Suki dan juga Abel, bareng-bareng mereka eksplor Jakarta tiap tengah malam sampai menjelang pagi untuk 'melacak' memori seseorang melalui surat-suratnya yang orang ini tulis di buku-buku yang Emina pinjam dari Pak Meneer.

Kenapa kelilingnya harus tengah malam hingga pagi buta itu?
Ya... itu sih baca aja sendiri :)




Kenapa saya baca ini dua kali?

Karena lucu. Segala pikiran dan omongan Emina itu random banget, a-se-li. Lucu, tapi sekaligus perlu mikir juga untuk mencernanya, karena maknanya itu dalem #aish.
Lewat buku ini, banyak hal yang bikin penasaran (tentang tempat-tempat 'bersejarah' di Jakarta itu, tentang buku-buku dan film rekomendasi Pak Meneer, dan lupa lagi).

Sekali baca, saya suka. Dua kali baca, saya suka (banget).
Part favorit adalah pas cerita kejadian orang tua Emina meninggal serta pemaknaan dia akan peristiwa itu, juga dialog antara Nissa dan Emina di bab-bab terakhir.

Jadi, intinya buku ini itu... sedih, cerita kehidupan orang-orang yang banyak sedihnya tapi dikemas dalam pikiran Emina yang random. But, that kind of awesomely random, and... sweet :)

Line favorit dari Emina:
"Hidup lebih sederhana ketika otak cuma sekadar bagian dari menu makanan Padang"


Comments