Aset Penting

Tetiba ada asap mengepul, kupikir ada kebakaran dari mana, pun penciumanku tumben-tumbenan telat mendeteksi bau khasnya. Ternyata, merokoklah bocah berseragam putih biru ini. Wajah polos, kucel, jerawat di sana sini. Identitas sekolah Ia tutupi dengan jaket, seolah tak gerah dengan udara pengap, sore yang seperti siang hari, belum lagi kepulan asapnya yang bikin engap.
Bocah ini tertawa bersama temannya yang lain. Ah... bahkan pita suaranya pun belum pecah-pecah amat, bisa saja orang mengira ia perempuan tanpa melihat mukanya.

Satu dua tiga pasang lirikan keheranan dan sinis tak mempan untuk Ia padamkan rokoknya. Ha! Justru mungkin keren baginya jadi pusat atensi. Tak mempan pula kerutan-kerutan dahi, tisu-tisu yang keluar untuk menutupi hidung, dan tepisan-tepisan tangan menghalau asap.

Bocah itu tetap saja asyik menyulut batang rokok entah yang ke berapa, memuaskan setiap kebutuhan oral yang mungkin belum tercukupi dahulu. Masyuk mengobrol bersama para kawan sambil tak absen-absennya mengumpat-umpat binatang.

"Anjrit! Maneh!", seru teman di depannya menunjuk-nunjuk ke arah bawah.

Si bocah awalnya hanya cengengesan, sampai mungkin Ia mulai merasakan panas di bawah sana. Ya, tangannya belum ahli memelintirkan batang rokok, tahu-tahu api menjalar ke celana dan kau mungkin ngeri sendiri apa kelanjutannya.

Pulang nanti, ini bocah harus merengek minta celana seragam baru. Ah... apalah artinya seragam dibanding aset berharga untuk masa depannya kelak.

SELESAI


27 November 2016
20.02
rumah

Comments