Lumpia

Sepiring lumpia basah semarang tersaji cantik di depannya. Ada dua di atas piring hijau itu. Lengkap dengan banyak rawit, bawang, dan bumbu lengket berwarna cokelat. Berteman secangkir teh tawar panas gratis.
Untunglah, pikirnya, tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk pesan minuman.

Tapi segala kenikmatan dunia itu tak segera disantapnya. Tampaknya menunggu seseorang yang lainlah ia. Beberapa kali mengecek telepon dalam genggamannya yang seakan tak kunjung berdering memberi kepastian,

Celingak celinguk ia melihat sekitar. Di sebelahnya, seorang bapak sibuk menyuapi anaknya, sedangkan si ibu dibiarkan makan dengan tenang. Di belakangnya, seorang paruh baya menyantap nasi kuning dengan nikmatnya.

Perutnya melilit, dirasa-rasa mungkin maag-nya kambuh. Ia keburu lapar sebelum yang ditunggunya datang, maka makan duluanlah ia.



"Jatahmu kumakan, keburu lapar aku, nanti lambungku bisa ngamuk-ngamuk."

"Ya, tak apa, lagi pula aku ingin lumpia goreng, bukan yang basah", kata orang yang ditunggu-tunggunya saat datang.

"Cih... gorengan selalu. Kerongkongkanmu makin panas dibuatnya nanti."

Setelah menunggu beberapa saat, sepiring lumpia goreng datang, dua juga tersajinya.
Tapi, ada pesanan lain pula menyusul. Dua scoop es krim dihiasi meises dan wafer cokelat terhidang dalam segelas kecil manis.

"Rhum raisin", kata pramusaji.

Orang yang sedari tadi ditunggunya itu, menyodorkan gelas tersebut padanya,
"Untukmu, maaf sudah menunggu lama."



8 Oktober 2016
Lumpia Semarang, Jl. Badak Singa
12.12
masturdating

Comments