Kopi untuk Bapak

Secangkir kopi hitam teronggok dingin begitu saja di atas meja, menemani koran yang telah teracak halamannya bekas Bapak baca. Entah sudah cangkir ke berapa yang tak diminum-minum juga sama Bapak. Namun, anehnya setiap sore begini Bapak selalu saja minta dibuatkan secangkir kopi hitam panas, panas sekali.

"Yang panas. Air mendidih meluap-luap, saat itulah kamu tuang ke cangkir. Seperti cara ibumu. Dulu.", begitu pintanya.

Mungkin sudah kebiasaan meminta seperti itu pada Ibu yang kini telah tiada. Tapi... kopi buatanku tidak pernah disentuh Bapak. Padahal, dipikir-pikir hanya kopi hitam instan biasa yang bisa dibeli di warung belakang. Tuang tiga sendok makan dan diseduh dengan air baru sangat mendidih.

Bisa jadi yang kurang adalah sentuhan lembut Ibu yang membekas pada cangkir atau mungkin tetes keringat yang sedikitnya meresap ke dalam kopi itu sendiri. Ah... mungkin cinta Ibu kepada Bapak yang membuat kopi buatanku tak menarik barang seseruput.
***

"Pak. Kalau kopi buatanku tidak pernah Bapak minum, buat apa minta aku buatkan?", tanyaku kesal karena harus membuang-buang air kopi lagi ke halaman belakang. Pantas gulma-gulma tumbuh dengan riang, melek terus disiram kopi.

"Bapak bosan", hanya itu jawabnya sambil tak melihatku barang selirik.

Aku mengembuskan napas panjang, mencoba sabar, "Kalau begitu, bulan depan tak perlu beli sebungkus kopi hitam lagi, ya. Lumayan jadi hemat belanja bulanan kita."

"Ya, boleh", kata Bapak. Sebelum beranjak pergi ke halaman belakang, ternyata Bapak belum selesai bicara, "Sebagai gantinya, ajak Bapak minum kopi di Starbek, ya."

Aku terhenyak, berbalik menatap Bapak.

"Starbek", ulangnya.

"Star... bucks?", ralatku bertanya.

Bapak hanya mengangkat bahu dan meneruskan baca koran. Alamak, niat ingin irit kenapa jadi rumit begini.

TAMAT


21 Agustus 2016
20.29
di rumah

Comments

susan said…
bagus,,,ada kemungkinan si Bapak ingin pendamping baru juga.:) heheh...jawaban bosan yang diutarakan Bapak saya kira bukan hanya pada kopi saja. Kalau hanya karena minum kopi bosan kenapa dia minta ke Starbuck? Padahal sama aja kan minum kopi, hanya saja suasananya berbeda.
ismailia jenie said…
hihihi, keren ibu pemaknaannya :)