Soal Kerjaan

Halo! Lama banget ya nggak posting apa pun di sini.
Jadi, awal nulis lagi ini sepertinya bakal sedikit awkward layaknya dua orang yang udah lama nggak ketemu *tsaelah.

Kali ini saya mau cerita tentang kerjaan ajalah ya, berhubung dari mulai kerja belum sharing apa-apa soal itu. Sudah kurang lebih 8 bulan saya kerja di PTDI (yang dulunya bernama IPTN itu, lho). Heu eum, tempat Bapak kerja dulu juga. Dan iya, saya masuk sana atas bantuan banyak orang yang awalnya sangat bikin nggak nyaman. Tapi percayalah, sekarang keadaannya udah lebih baik dan kalau dipikir-pikir ya memang sudah jalannya harus mulai dari sini barangkali :)

Kalau ada orang tanya,
"Kerjaannya ngapain, Is?"
"di bagian apa? HR?"

Suka bingung jawabnya harus mulai dari mana.
Saya masuk di tim HD1000, bagian Sistem Organisasi & Manajemen, tapi dapat tempat di Diklat, merangkap sekarang dilibatkan di Tim Psikologi. Jadi apa tuh? Ya udahlah... pokoknya ngurusin seluk-beluk organisasi beserta orang-orang di dalamnya. Tapi, nggak ada hubungannya sama rekrutmen, penetapan peraturan, lebih-lebih ngajar sebagai instruktur.

Kerjaannya ngutak ngatik posdes (position description), semacam jobdes, tapi buat pejabat struktural kayak manajer atau supervisor. Jadi, setiap ada perubahan/pembentukan bidang baru, biasanya mengajukanlah posdes ini ke bagian HD1000 itu dan kita review bareng-bareng berdasarkan ketentuan penulisan posdes.
Setelah itu, biasanya kita rapat sama SME (Subject Matter Expert), perwakilan dari unit organisasi yang ngajuin perubahan struktur itu, buat verifikasi tentang kerjaannya. Rapat sama SME itu ibarat kalo zaman kuliah ngehadepin OP aja, macam-macamlah jenis orang itu kan, ya?
Ada SME yang kooperatif dan jelas banget maparin tentang kerjaannya. Alhamdulillah banget kalo bisa kayak gitu, apalagi bidang yang diajukan memang layak jadi bidanglah.

Tapi luar biasa melelahkan kalo SME-nya kooperatif tapi ngomongnya cepat secepat kilat pertanda hujan mau datang itu. Atau nggak, yang nggak kooperatif, mulai dari janji yang molor-molor melulu, maunya cepat dan menyerahkan aja sama kita, tapi giliran dikasih masukan nggak terima, sampai yang rasa-rasanya kita tahu ini nggak segitunya harus jadi bidang, tapi ya menunjukkan tanda-tanda jadiin bidang ajalah Pak, Bu... 

Kerjaannya memang sebenarnya nggak seberapa, nggak butuh fisik yang harus mondar mandir sana sini, tapi cukup nguras emosi jiwa. Apalagi kalo ngeliat SME yang bingung sendiri sama posdes yang notabene ditulisnya sendiri, tapi ngomongnya sambil ketawa-ketawa bari jeung makan cemilan. Capek. Edan.
Kelelahan itu bisa dilihat tiap angkat telepon dari supervisor, yang diawali hembusan napas panjang, atau nggak ya doi terus terang aja, "Bapak lelah..." :))

Kalau sudah verifikasi sama SME, kita rapat internal buat pembobotan bidang itu. Sumbernya ya... posdes itu, makanya harus menggambarkan pekerjaan yang memang dikerjakan biar bobotnya juga sesuai. Tapi yang namanya kerjaan, ya nggak bisa ideal seperti yang seharusnya ya...
Seringnya terbentur juga sama ketetapan perusahaan, belum unsur-unsur politis. Ya apalah itu, sampai sekarang saya nggak pernah suka yang kayak gitu-gitu, haha. Jadi mau nggak mau, ya kayak katrol nilai, tapi nggak asal jugalah, kadang kita minta kerja sama dari SME untuk nambahin sesuatu di posdesnya sehingga layak dibobot jadi suatu bidang. Proses bolak-balik kayak gini yang jadinya suka bikin lama. Begitulah.

Selain itu, PTDI sendiri memang lagi benar-benar perbaiki sistemnya. Dari kamus kompetensi, dari JDQR yang harus dirapi-rapiin, jadi jatuhnya lebih administratif tugas-tugas yang saya kerjakan. Dan selayaknya kerjaan administratif, memicu ke-bo-ring-an tingkat tinggi. Kalau udah kayak gitu rasa-rasanya mau guling-guling dari ACS sampai KJP, bolak-balik. Haha, nggaklah... paling banyak makan karena di Diklat itu berlimpah sekali makanan, sodara-sodara!

Sekarang juga (akhirnya) kantor nge-hire seorang psikolog buat ngebimbing kita-kita juga yang masih sarjana ini. Ini juga nih yang bikin capek dari awal kerja, biasalah~ masalah psikolog sama sarjana psikologi. Masalah klise, tapi jadi beban karena orang-orang jadi menganggap kita psikolog, padahal nggak... eh belum... eh nggak... eh gimana ya :p

Kita dinamai ya tim psikologi, perempuan semua. Tim yang ini lebih santai sih, tiap rapat juga diawali pembicaraan yang mengundang haha hihi. Kerjaannya juga masih bersifat rancangan aja, menyusun kompetensi manajerial, bikin rencana intervensi psikologi buat agenda kerja SDM, dan selalu siap ambil alat tes yang katanya udah di-approve buat beli, cuma kebentur di dana aja gitu (iya, gitu). Dan... lagi mikir bikin kuesioner buat memetakan masalah yang ada di bagian produksi dalam rangka bantuin kerjaan HRBP. Begitulah.
Motto Bu Iyos, psikolog kami itu, "ngerjain kerjaan kita itu, jangan baper". Ya gitulah, jadi jangan baper, sob!

Ya... begitulah kerjaan saya sejauh ini, senang tapi banyak bingungnya, tapi tetap segala sesuatunya disyukuri kok. Masih hidup, masih ketawa, masih makan (banyak), semuanya lebih baik daripada dulu-dulu. Masih dan akan terus belajar. CHEERS! :D






Comments