Cerita Bintal

Kemarin di unit saya ngadain munggahan, makan-makan bareng sebelum minggu depan kita puasa. Perbincangan selama makan bareng itu, nggak lepas dari pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman saya sama satu teman yang ikutan bintal sebulan kemarin. Rasanya tuh ngenes tau ditanyain itu lagi itu lagi, haha!

Setiap melihat tentara yang entah ketemu di mana, berikut sama baju loreng-lorengnya itu terasa ada yang panas di otak sama paha (iya, nggak salah baca, paha). Jadi, mungkin ini saatnya saya cerita pengalaman sebulan lewat itu.

Di tengah peliknya pro kontra diadakannya Bintal di angkatan kami yang baru-baru masuk kantor ini, sampai percakapan di grup yang sangat melelahkan itu, ya akhirnya terjadi juga toh Bintal yang ditunggu-tunggu itu. Saya juga diikutsertakan sama 7 orang lainnya yang seangkatan buat memenuhi kuota seratus orang. Reaksinya? Ya pasrah aja. Kalau ditanya mau atau nggak, siapa juga yang maulah, cuman (katanya) sih ini akan jadi program tetap ya, jadi sudahlah lebih cepat lebih baik.

Bintal ini diadakan selama seminggu, 19-26 April kemarin di Pusdikhub Cimahi. Selama seminggu itu, kita-kita dididik buat disiplin, solid, punya jiwa kepemimpinan dan rasa cinta tanah air (ceunah mah). Seminggu penuh HP sama dompet beserta barang-barang berharga lainnya disita, kegiatan sudah rapi terjadwal setiap harinya, setiap jamnya, jadi nggak ada yang namanya bisa leyeh-leyeh syantik barang satu detik. Ke mana-mana, mesti bareng, mesti pake PBB plus nyanyi, dan nyanyikanlah dengan keras, atau nggak kata-kata, "Pelan sekali suaramu itu, siswa!", terngiang terus itu di kuping. Mesti cepat, cekatan, gesit, nggak ada jalan-jalan ala-ala di mall.

Setiap harinya kita sudah harus bangun pukul 04.15, kenyataannya, terutama di barak perempuan, kebanyakan udah bangun jam 3 pagi, biar mandinya enak bisa lama. Lagi pula kayaknya seminggu nggak ada yang tidurnya benar-benar nyenyak (kecuali mungkin hari terakhir kali ya, haha). Kegiatan dimulai dari olahraga, lanjut mandi (kalo belum mandi jam 3 itu), makan, terus apel, materi di kelas, PBB atau bela diri, makan lagi, materi lagi, lanjut PBB atau bela diri lagi, makan snack, mandi sore, makan, materi lagi, baru briefing buat kegiatan besoknya. Itu kegiatan secara umum sih, ketika materi memang udah selesai, ya dibanyakin kegiatan latihan buat acara penutupan (latihan PBB/bela diri itu) dan diselingi sama ibadah. Biasanya kegiatan beres pukul 11 malam, itu juga jarang yang langsung tidur, biasanya kalau nggak sempat/nggak mau mandi sore ya waktu malam ini dijadikan waktu mandi. Di sela jam tidur, juga ada jadwal ronda (istilahnya jaga serambi), setiap setengah jam sekali, berdua berdua, lengkap sama baju PDL (oh that PDL!)

Waktu Makan dan Salat
Makan adalah waktu yang paling NYIKSA buat saya. Kalau nggak ingat punya maag plus bakal pingsan berkegiatan hari itu, mending nggak usah makan sekalian. Apalagi kalau bukan karena dibatasi dan jumlah makanan yang seabrek-abrek. Setiap meja sudah ada 6 orang dengan jatah makanan ya sebanyak itu, jadi kalau tahu ya tahu-nya enam, ayam ayamnya enam, begitulah. Dengan nasi sebakul yang harus habis, jadi manfaatkanlah teman laki-lakimu, guys! Makan harus tegak, sendok yang menghampiri mulut, bukan mulut yang cari sendok. Ritual sebelum makan pun ada tata caranya, lapor, berdoa, dan hablah-hablah lainnya.

Dan apalah arti sebuah jam makan kalau nggak dilengkapi konfrontasi-konfrontasi dari para pelatih.
"Kurangi suaranyaaa. Makannya yang cepat, dihabiskan!"
"Makan itu nggak usah dirasa-rasa, langsung telan, bantu pakai air!"
"Kalian itu enak, di sini makan tinggal makan"
"Ini itu melatih kalian kalau misalnya kalian ada pekerjaan yang menuntut harus dikerjakan saat itu juga dan kalian sedang makan, maka kalian harus cepat makannya!"
Untuk konfrontasi terakhir itu, saya selalu teriak-teriak dalam hati BUNGKUS AJA! BUNGKUS AJAAA!

Waktu salat itu juga nyiksa buat saya, beuh~ Bukan salatnya, tapi ritual baris dulu, duduk dulu, lepas sepatu PDL plus kaos kaki dulu, lepas kopel sama topi dulu, lurusin dulu, baru salat. Selesai, ya rewind aja prosesnyalah ya. Karena ada satu hari di mana waktu salat Ashar sama Maghrib itu agak dekat, jadi ritual itu berasa nggak jauh-jauh amat gitu dilakuinnya, rasanya aku mau GILA *nangis darah*.
Saya ingat selama kita kelas di materi, saya duduk sebelahan sama salah satu teman yang 'menghitung hari' dengan coret waktu salat yang sudah terlewati, iya segitunya :))

Materi Kelas
Materi yang diberikan selama Bintal ya nggak jauh-jauh dari tema kebangsaan, motivasi, kepemimpinan, jiwa korsa, dlsb. dengan pemateri para tentara yang sudah berpangkat (maaf saya nggak ngerti dengan aturan kepangkatan itu). Profil sama materi yang disajikan sebenarnya bagus dan cukup interaktif, yang nggak bagus kalau materi adalah rasa ngantuk yang teramat sangat. Serius, tiap ada kelas itu adalah saatnya lo membuktikan seberapa tangguhnya lo dalam melawan rasa kantuk :)) Teman saya ada yang minta dicubitin sampai bekasnya kayak bopeng-bopeng :))
Kelas juga adalah di saat lo nggak bisa ngebedain mana mimpi mana kenyataan, blur~
Saya sampe ngantuk-ngantuk yang kepala dongak ke belakang itu, yang kalau dipikir-pikir cuman kejadian pas perjalanan pulang naik Damri masa-masa masih menangor :))

Bela Diri
Ini nih yang bikin panas paha :))
Jadi untuk acara penutupan pendidikan ini, kita-kita dilatih untuk mempersembahkan sesuatu buat ditampilkan ke perwakilan kantor dan juga untuk Pusdikhub-nya sendiri. Singkat cerita, yang laki-laki nampilin PBB, sedangkan yang perempuan bela diri. Ya bayangin aja yang nggak pada punya latar belakang belajar bela diri gimana, banyangin aja saya gimana *nangis*

Dari latihan bela diri ini, saya dapat memar gede di paha, gara-garanya stretching buat split dan dipaksa masih bisa buka lebih lebar lagi, pas digeser, luar biasa sodara-sodara! Ya udah sih perih, saya tempel koyo karena malamnya ada kegiatan Caraka Malam, tau-tau besokannya memar.

Latihan bela diri kedua/ketiga dengan pelatih baru, kita ditanyain,
"Ada yang mau mengundurkan diri?"
Sumpahnya, saya pengen banget ngacung waktu itu, tapi nggak kuat menghadapi konfrontasi yang menanti, jadi pasrah aja.

Cuman, pada akhirnya saya toh tereliminasi, entah apa penyebabnya, satu hari sebelum acara perpisahan digelar. Antara bersyukur sama sebal juga sih, tahu gitu kan beneran ngacung waktu ditanya mau mengundurkan diri apa nggak, sial! *elus-elus paha*

Caraka Malam & Team Building
Caraka malam itu semacam jurit malamlah, cuman ada misinya. Kita disuruh menghafalkan satu kalimat panjang buat disampaikan pada orang yang harus kita tuju di tempat tujuan. Pesan ini ibarat misi atau tugas atau rahasia perusahaan. Tapi untuk menyampaikan pesan itu, kita mesti melewati rintangan-rintangan di depan, nah masih bisa fokus nggak untuk tetap menjaga misi itu. Rintangannya apa? Hutan, hujan, dan hantu(hantuan).

Saya nggak punya cerita untuk Caraka Malam karena diikutsertakan ke rombongan yang sakit (pita putih), padahal saya dikasihnya pita merah yang harusnya baik-baik aja. Cuman, di awal memang didata riwayat penyakit yang pernah dialami. Berdasarkan itulah, para pelatih nggak mau ambil risiko besar, jadi kita-kita jalan di jalur biasa yang nggak ada rintangan apa-apa, tapi tetap harus membawa pesan itu juga. Cuman paha saya aja perih sama panas akibat koyo cabe. Sekian.

Hari Minggu adalah kegiatan outbound buat team building, dibagi ke dalam sepuluh kelompok, dimulai dengan masang bendera, dan berangkat buat ikutin simulasi-simulai game. Saya lupa, kalau nggak lima, enam permainanlah. Ya tujuannya buat bikin kompak, melihat kerja sama dalam kelompok, begitulah ya. Ngomong-ngomong, celana saya robek di sini dan yang sadar bukan sayanya. Wassalam.

Simulasi Mitigasi Bencana
Satu waktu kita dikasih materi tentang mitigasi bencana. Tumben-tumbennya hari itu, jam 9 kita udah disuruh tidur juga. Tapi, bisik-bisik tetangga bilang justru harus hati-hati karena kayaknya di tengah-tengah kita bakal dibangunin untuk simulasi bencana, jadi untuk jaga-jaga tetap aja pakai baju PDL *WOTZ*
Logika saya sih waktu itu, kalaupun memang kejadian seperti itu, harus banget pake PDL, puhlease, tapi akirnya pake PDL juga sih saya, kan katanya kompak, bzzzz....
Dan ternyata memang benar, bunyi-bunyi sirine, dan kita lari-lari ke lapangan, baris seperti biasa. Yang lucu, salah satu pelatih ada yang nanya ke barisan cewek-cewek,
"Kalian tidur pake PDL?" :))
Yang kebagian ditanya gitu alasannya pada, "Jaga serambi".
Tapi dihukum juga tuh saya dan beberapa teman. Alasannya? Nggak bawa tas sebagai pelindung diri dari 'gempa'.


Yah begitulah garis besar pengalaman ikut bintal kemarin, yang paling terasa memang tentang kedisiplinan itu sih. Karena waktunya hanya seminggu juga, untuk dapat lebih dari itu, saya rasa ya butuh waktu lebih. Disiplin itu aja belum tentu bisa diresapi oleh kami semua, tergantung tujuan perusahaan mengadakan Bintal sebenarnya buat apa dulu.

Satu hal yang bikin saya kurang nyaman dan kepikiran sampai sekarang adalah sebutan para pelatih kepada kami sebagai apatis. Biasanya itu dilontarkan ke kita-kita karena nggak kompak. Ada yang melakukan kesalahan, si apatis tetaplah salah karena nggak mengingatkan si temannya itu. Jadi deh dihukum teriak-teriak, "Saya tidak mengingatkan teman saya. Saya apatis."
Pelatih juga ngeliat kami-kami yang mungkin kurang nge-blend berhubung memang bukan satu angkatan dari awalnya, dibilang apatis juga. Belum kesan meragukan rasa cinta tanah air dari beliau-beliau ke teman-teman yang pernah tinggal di luar negeri. Nggak tahu sih, tapi saya pribadi nggak suka aja, hehe. Peace!

Setiap kejadian nggak ada yang sia-sia, bintal pengalaman yang cukup berkesan buat saya, cuman nggak mau lagi aja, makasih. Haha.
Karena Bintal ini masih jadi polemik di kantor buat jadi program pendidikan yang tetap, teman seunit saya tanya, "Mbake, kalo berikutnya nggak ada Bintal lagi gimana?"

Nggak apa-apa, kita nggak rugi.
Hemat seminggu, pulang-pulang gajian.
Makan terjamin.
Dapat libur pengganti dua hari.
Dapat baju.
Dapat sepatu.
Dapat tas.
Dapat memar.

Sekian, timakasi :D



Comments

fjamaniastoeti said…
berkesan banget ceritanya... tulisanmu seperti biasa dibumbui kesan-kesan yang kocak. biar menderita tapi tetap tangguh. suka! ^^
Unknown said…
Seru Isma. Aku jd masuk ke tokoh cerita.