Saya Memang Gendut, Terus...?

Sudah lama sebenarnya saya mau nulis tentang pengalaman ini, mumpung emang lagi niat inilah saatnya saya cerita. Kejadiannya sudah agak lama sih, bulan Mei kemarin saat Eyang saya meninggal dan disemayamkan di rumah Oom saya sebelum besoknya dimakamkan.

Ada satu saudara yang datang melayat, itung-itungannya ya... dia Tante saya karena masuknya sepupu Ibu. Coba bayangin deh, itu dalam keadaan melayat, saya sampai Jakarta sekitar pukul delapan malam, Tante itu mungkin datang ya... sekitar pukul sepuluh malam. Besok pagi (harusnya) saya wisuda dan belum tahu akan datang atau nggak berhubung besok pemakaman eyang saya, tiba-tiba pas salaman sama saya, Tante itu bilang,

"Isma... sekarang kok gendut, kenapa?"

Buat saya, sebenarnya nggak masalah dibilang gendut, memang kenyataannya begitu, bukan? Masa sekolah juga saya sudah kenyang dengan julukan 'gentong'. Tapi memang benar, saya nggak pernah terlalu memusingkan bentuk badan sebenarnya, minder ya pasti ada... cuman seperti yang pernah saya posting juga, efek dari Bapak saya yang gombal itu (kayaknya) ngaruh ke self-esteem saya, hahaha...

Pertanyaan itu jadi masalah saat dilontarkan berulang kali, setiap habis ngobrol apa pasti tante itu bilang,

"Ih... Isma gendut, kenapa?"
"Isma gendut sekarang, kenapa? Males olahraga ya? Olahraga atuh!"

Iyeee gue gendut, nape lo? Ikhhhh...

Hal ini jadi masalah ketika ditanya berkali-kali, pake judgement bahwa orang gendut berarti pemalas nggak suka olahraga, nggak suka jalan, ditambah... suasananya. Itu eyang saya jenazahnya ada di depan mata, besok saya (mungkin) nggak ikut wisuda (bayangin udah tujuh tahun kuliah, tiba-tiba pas waktunya wisuda nggak jelas antara ikut apa nggak).

Karena suasana hati yang nggak menentu itu, saya memang nggak menjawab pertanyaan tante itu yang kayaknya keganggu banget sama kegendutan saya. Kalau dipikir-pikir, emang kegendutan saya merugikan tante itu apa? Toh dia kurus, anak-anaknya juga langsing-langsing, kulit putih, tinggi, dosa apa sih memang kalau saya gendut? :))

Saya jadi ingat, tante ini juga pernah mampir ke rumah waktu saya masih sekitar SMP-lah. Kita duduk berdua nonton TV. Kebetulan di dinding belakang TV itu ya terpajanglah foto-foto keluarga, tiba-tiba dia nyeletuk,

"Mbak Asih cantik, ya... Isma juga cantik sih, cuman gendut"

dan bertahun-tahun kemudian, orang yang sama masih punya keheranan yang sama akan kegendutan saya.

Pada akhirnya, karena pertanyaan yang berulang dan suasana yang sangat nggak mendukung, saya udah pasang tampang judes, jawaban-jawaban singkat dan seperlunya saja, kena juga kali ya ke tante itu. Karena waktu pamit, dia bilang,

"Maafin tante ya, kalau ada sala-salah ngomong..."

Saya agak merasa bersalah juga sih, sekelihatan itu ya judes saya? Hahaha, memang sih kayaknya gitu. Tapi sekali-kali bolehlah bikin orang nggak enak hati, biar sadar. Sadar tempat, sadar waktu, sadar keadaan seperti apa...
Pada akhirnya, besoknya saya ikut wisuda kok, cuman ibu saya nggak datang, jadi ditemani dua kakak saya saja. Sedih sih, tapi bersyukur, masih ada yang menemani, nganterin, nungguin, bayarin, hehehe :)

Comments