RE-SO-LU-SI

Tukiyem memandangi kalender pemberian sang majikan.

Mbak, ini ada kalender baru, bonus dari toko mas, begitulah kata-kata majikannya.

Kalender itu memuat enam gambar bintang sinetron kegemaran Tukiyem, masing-masing memamerkan perhiasan-perhiasan emas--kalung, gelang, cincin, giwang.
Kurang dari dua minggu lagi tahun masehi berganti. Tukiyem teringat si anak majikan yang pernah bertanya padanya.

_________________________________________________________________________________

"Mbak... resolusi mbak apa tahun depan?" Tukiyem memandangi sejenak sang anak dunungan yang ogah dipanggil Bos itu.

"Aku ndak doyan risole'e, Mas", si anak majikan tertawa bukan kepalang.
"RE-SO-LU-SI, mbak... bukan risoles", sambil terus tertawa.
"Apa itu reso...les, Mas? eh... opo? re.... re opo tho?"
"RE...."
"re", Tukiyem mengikuti.
"SO...."
"so"
"LU...."
"lu"
"SI...."
"si.... resolusi, hehe bisa! pinter aku!"
"Apa coba resolusi, Mbak?"
"Lah... itu! Apa itu, Mas? makanan?"
"Haduuuh... mbak... mbak...", si anak dunungan menepuk jidatnya, "Resolusi itu.... mmmmm... re itu artinya... ulang, solusi artinya.... jalan keluar dari masalah, gitulah.... jadi, gimana kita membuat jalan keluar baru di tahun depan".

Jangan terlalu serius membaca keterangan dari si anak dunungan. Ia tak membawa kamus, hanya mengikuti tren dari teman-temannya yang sibuk menanyakan resolusi, hanya bermodalkan karangan belaka seperti yang selalu ia lakukan setiap kali ujian semester dahulu.
"Lah! jalan keluar ya... pintu depan tho, Mas... gitu aja kok harus dicari-cari..."
"Ah.... udahlah Mbak, susah ngomong sama nenek-nenek!"
_________________________________________________________________________________


Tukiyem memandangi kalender itu. Januari tiga puluh satu hari, Februari dua puluh sembilan hari, Maret tiga puluh satu hari. Bagi Tukiyem sama saja, besok pagi-pagi ke rumah dunungannya, siap-siap ke pasar belanja, siangnya masak, noto dahar, malamnya pulang ngurus cucu. 
Tak ada.... tak ada yang beda bagi Tukiyem. Satu-satunya yang berganti baginya hanya kalender, cucunya yang semakin besar, anak dunungannya yang mulai bekerja, dan mobil majikan yang berganti. Tukiyem tetaplah pembantu rumah tangga yang selalu menyangka Indonesia hanya Jakarta dan Gombong, kampung halamannya.

"Mas... kalau Kalimantan itu.... Indonesia?"
"Iya, Mbak... Indonesia itu luas, pulaunya banyak...."
"Kalau Papua juga Indonesia?"

si anak dunungan hanya menggeleng
Tukiyem... Tukiyem...


-ditulis 25 Desember 2011-


Comments