satu senja

kita duduk berdua di balkon ini
aku memandangmu, sedikit lebih lama

'kenapa kamu lihat aku terus?'
'aku kangen kamu, tahu... rasanya kayak udah 100 tahun nggak ketemu'

lalu, kamu tersenyum

'seneng ya, dikangenin? huh!'
'iyalah, dikangenin sama orang yang aku kangeni juga'

dan kami saling melempar senyum

lalu... sunyi kembali

'aku kadang berpikir... waktu itu terus berjalan maju, detik jadi menit, menit jadi jam, jam jadi hari, hari jadi minggu, minggu jadi bulan, dan bulan jadi tahun, dan tahun jadi tahun, tahun, tahun, dan tahun berikutnya... kalau waktu saja terus berjalan maju, kenapa aku seakan maju mundur, dan terlalu banyak mundur? '

kamu hanya menatap langit dan kita pun terdiam lagi

'terus...? aku mendengarkanmu kok'

'mengapa Tuhan menciptakan memori? dan aku orang yang sangat menempelkan memori itu? terkadang itu menyenangkan, tapi itu hanya kenangan, kan? ibarat makanan, ada kedaluarsanya... harusnya kenangan itu udah nggak enak untuk diingat and it's sooo old fashion!'

'perlu jawabannya, kamu?'
'retoris sih... tapi kalau ada press conference sama Tuhan sih pasti bakal aku tanyain'

'pertanyaanmu sama aja dengan pertanyaan kenapa harus ada sejarah? kenapa kita harus ingat perang inilah perang itulah kerajaan inilah kerajaan itulah, baru juga negara sendiri, ngapain juga belajar sejarah dunia.... kenangan pada akhirnya jadi sejarah, dan generasi-generasi selanjutnya belajar kumpulan kenangan-kenangan itu... buat apa? biar mereka tarik esensi dari peristiwa masa lalu, apa yang harus dibuang, apa yang tidak boleh terulang, apa yang masih harus diperjuangkan, dan menurutku... patokan, satu keadaan sudah sampai mana sih kita dari yang dulu-dulu, statis? maju? atau lebih belakang dari sebelumnya...?'

dan kamu menatapku
'kamu masih ingat kita yang dulu-dulu, ya?'
dan aku mulai berkaca

hei, bersyukurlah karena Tuhan pernah menciptakan kenangan diantara kita... aku selalu tersenyum mengingat kamu dulu. Dan itu tidak basi bagiku, bagiku... kenangan itu seperti barang antik, semakin tua usianya, semakin dicari, semakin berharga...

dan kamu pergi, itu hanya fantasi
bukan, itu kenangan
kenanganmu, yang datang senja ini, padaku...

terima kasih Tuhan, untukku, untuknya, dan kenangan-kenangan kami :')

Comments

Nelly Susan said…
http://pojokpenulis.blogspot.com/